Sukses

Adaro Energy Tetap Fokus Bangun Pembangkit Listrik Batu Bara

Adaro Energy akan tetap fokus memanfaatkan batu bara sebagai sumber energi listrik.

Liputan6.com, Jakarta - Rapat Umum Pemegang Saham Terbatas (RPUST) PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang digelar di Hotel Raffles, Jakarta menetapkan beberapa keputusan. Salah satunya perusahaan akan tetap fokus memanfaatkan batu bara (coal) sebagai sumber energi listrik.

Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir menyatakan, perusahaan terus berperan aktif dalam mencari nilai tambah dari batu bara yang mereka kelola. Namun begitu, dia mengungkapkan menjadikan batu bara sebagai tenaga listrik adalah langkah paling efisien yang bisa dilakukan.

"Itulah kenapa Adaro melakukan hilirisasi. Karena kami paham, bahwa nilai tambah yang paling efisien dan efektif adalah membuat batu bara ini jadi energi listrik," jelasnya di Hotel Raffles, Jakarta, Senin (23/4/2018).

Pria yang akrab disapa Boy Thohir ini pun menambahkan, perusahaan sudah mempelajari soal pengembangan Gas Batu bara Metana (Coal Bed Methane/CBM), di mana itu bisa dikonversikan ke berbagai sumber energi lain. Seperti contoh, coal to liquid, coal to gas, dan coal to chemical.

"Namun tetap, menurut hemat kami, karena memang harga batu bara yang terus fluktuatif, sekali lagi kami putuskan fokus sementara ini ke power plant (PLTU Batu bara), karena itu punya multiplier effect luar biasa besar," terang dia.

Mengenai CBM, Boy menceritakan kisah ExxonMobil dan perusahaan tambang Australia yang pernah meneliti pengembangan CBM di Indonesia, tapi belum berhasil. 

Dia juga mengatakan, penerapan teknologi coal to liquid, coal to gas serta coal to chemical, secara finansial dan komersial masih belum dapat memberikan imbal hasil yang cukup baik kepada Adaro Energy.

"Kita masih berkeyakinan, nilai tambah yang paling efektif itu bangun power plant dari batu bara," pungkas Boy. 

2 dari 2 halaman

Adaro Bagikan Dividen Rp 3,47 Triliun

Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menyetujui rencana pembagian dividen tunai final sebesar USD 250 juta atau setara Rp 3,47 triliun (estimasi kurs 13.900 per dolar AS) untuk tahun buku 2017. Jumlah tersebut naik 150 persen jika dibanding dengan pembagian dividen untuk tahun buku 2016.

Pembagian tersebut termasuk dividen tunai interim sebesar USD 100 yang telah dibayarkan pada 12 Januari 2018 silam. Jumlah dividen uang dibagikan tersebut merupakan 51 persen dari perolehan laba tahun lalu sebesar US$ 483,3 juta.

Adapun sisa laba bersih perseroan akan disisihkan sebagai cadangan, seperti yang diatur dalam Pasal 70 UU No 40 Tahun 2017. Separuh lainnya dialokasikan sebagai laba ditahan.

Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir menyatakan, pembagian dividen ini merupakan kewajiban perusahaan untuk para pemegang saham atau Stakeholders.

"Stakeholders kita macam-macam. Pertama, pemerintah pusat dan pemerintah daerah," tuturnya di Hotel Raffles, Jakarta, Senin (23/4/2018).

Sementara itu, Director and Chief Financial Officer Adaro Energy, David Tendian menyampaikan, EBITDA perusahaan telah direvisi dari USD 1,3 miliar-1,5 miliar menjadi USD 1,1 miliar-1,3 miliar.

Perubahan itu diumumkan seiring dengan munculnya regulasi baru untuk Domestic Market Obligation (DMO) atau harga pasar domestik batubara yang dikeluarkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM), yakni sebesar USD 70 per ton.

"Dengan USD 70 itu tentu akan ada impact negatif ke EBITDA kami. Makanya pada kesempatan ini, di RUPST ini, kita juga merevisi target EBITDA ke USD 1,1 miliar sampai 1,3 miliar," tukas David.