Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rontok selama sepekan. Nilai kapitalisasi pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pun turut tertekan.
Mengutip data BEI, IHSG turun 6,6 persen pada periode 20 April-27 April 2018. IHSG jatuh 6,6 persen dari posisi 6.337 pada 20 April 2018 menjadi 5.919 pada 27 April 2018. Kapitalisasi pasar saham pun turun Rp 476 triliun selama sepekan. Kapitalisasi pasar saham tersebut merosot 6,77 persen dari posisi Rp 7.054 triliun pada 20 April 2018 menjadi Rp 6.578 triliun. Investor asing melepas saham mencapai Rp 5,3 triliun selama sepekan.
Laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia menyebutkan, sejumlah faktor negatif yang mendorong IHSG tertekan. Pertama, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Posisi rupiah di 13.859 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan lalu. Kedua, imbal hasil surat utang atau obligasi AS bertenor 10 tahun terus menguat yang mencapai tiga persen menjadi sentimen negatif.
Advertisement
Baca Juga
Hal ini juga mendorong imbal hasil obligasi Indonesia berdenominasi rupiah naik mejadi 7,2 persen.Ketiga, rilis kinerja keuangan perusahaan pada kuartal I 2018 tak sesuai harapan juga menekan IHSG.
Melihat kondisi itu, secara year to date (ytd), IHSG turun sekitar 6,87 persen ke posisi 5.919 pada Jumat 27 April 2018. Kapitalisasi pasar saham turun Rp 363 triliun dari posisi Rp 6.941 triliun pada 3 Januari 2018 menjadi Rp 6.578 triliun pada 27 April 2018. Investor asing pun jual saham mencapai Rp 33,31 triliun sepanjang tahun berjalan 2018.
"Aksi jual terjadi di saham kapitalisasi besar. Saham kapitalisasi besar menjadi target mudah untuk dijual oleh investor asing apalagi kinerja baik sejak 2017. Oleh karena itu,kombinasi antara kinerja baik di bank mendorong investor merealisasikan keuntungan," tulis analis PT Ashmore Assets Management Indonesia, seperti dikutip Senin (30/4/2018).
Ashmore melihat, tekanan yang terjadi di pasar saham membuat valuasi saham di Indonesia menjadi lebih menarik dan masuk akal. PT Ashmore Assets Management Indonesia melihat pergerakan nilai tukar rupiah masih menjadi perhatian. Ini mengingat Indonesia menjadi salah satu negara yang defisit neraca berjalan menjadi hal sensitif. Ini karena berkaitan dengan nilai tukar mata uang yang melemah. Hal itu didorong kondisi eksternal terutama imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS).
Imbal hasil obligasi Amerika Serikat mencapai tiga persen memicu pelemahan di pasar saham dan obligasi. Hal itu lantaran menimbulkan spekulasi kenaikan biaya pendanaan dan mendorong mata uang negara berkembang melemah.
Meski demikian, Ashmore melihat kondisi pasar modal negara berkembang termasuk Indonesia sudah mengantisipasi kenaikan suku bunga the Federal Reserve dan imbal hasil obligasi AS.Apalagi dengan peringkat utang Indonesia masuk layak investasi atau investment grade dinilai menjadi keuntungan.
Â
Saham Berkapitalisasi Besar Tertekan
Posisi saham masuk kapitalisasi besar pun turut berubah. Kini PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menduduki posisi pertama untuk kapitalisasi pasar terbesar di BEI.
Tercatat kapitalisasi pasar saham BBCA mencapai Rp 525 triliun pada 27 April 2018. Nilai kapitalisasi pasar saham BBCA tersebut cenderung turun dibandingkan pada posisi akhir 2017.Tercatat kapitalisasi pasar saham BBCA turun Rp 10 triliun dari Rp 535 triliun pada 28 Desember 2017 menjadi Rp 525 triliun pada 27 April 2018.
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menggeser posisi PT HM Sampoerna Tbk (HMSP). PT HM Sampoerna Tbk berada di posisi kedua untuk kapitalisasi pasar saham terbesar di BEI.
Kapitalisasi pasar saham HMSP kini hanya Rp 411 triliun pada 27 April 2018. Padahal pada 28 Desember 2017, kapitalisasi pasar saham PT HM Sampoerna Tbk mencapai Rp 548 triliun,dan berada di posisi pertama. Jadi sejak akhir 2017 hingga 27 April 2018, kapitalisasi pasar saham HMSP telah susut Rp 137 triliun.
Kemudian di posisi ketiga ditempati PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). PT Bank Rakyat Indonesia Tbk mencetak kapitalisasi pasar saham Rp 385 triliun pada 27 April 2018.
Selanjutnya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) membukukan kapitalisasi pasar saham Rp 376 triliun. Kapitalisasi pasar saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk berada di posisi keempat untuk kapitalisasi pasar saham terbesar di BEI. Namun kapitalisasi pasar saham TLKM susut Rp 67 triliun dari posisi 28 Desember 2017 sebesar Rp 443 triliun.
Kapitalisasi pasar saham terbesar lainnya dipegang PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). PT Unilever Indonesia Tbk mencatatkan kapitalisasi pasar saham terbesar yang berada di posisi kelima. Tercatat kapitalisasi pasar saham PT Unilever Indonesia Tbk mencapai Rp 352 triliun pada 27 April 2018. Sedangkan pada 28 Desember 2017, kapitalisasi pasar saham PT Unilever Indonesia Tbk tercatat Rp 415 triliun. Kapitalisasi pasar saham Unilever turun Rp 63 triliun.
Kemudian PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencetak kapitalisasi pasar saham mencapai Rp 320 triliun pada 27 April 2018. PT Bank Mandiri Tbk mencatatkan kapitalisasi pasar saham terbesar yang berada di posisi keenam. Disusul PT Astra International Tbk (ASII) yang berada di posisi ketujuh dengan kapitalisasi pasar saham Rp 292 triliun.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mencatat kapitalisasi pasar saham Rp 150 triliun pada 27 April 2017. Kapitalisasi pasar saham BBNI berada di posisi delapan.Sementara itu, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencetak kapitalisasi pasar saham Rp 130 triliun.
Kapitalisasi pasar saham PT Gudang Garam Tbk berada di posisi sembilan untukkapitalisasi pasar saham terbesar di BEI. Di posisi 10 untuk kapitalisasi pasar saham terbesar di BEI dipegang PT United Tractors Tbk (UNTR). Kapitalisasi pasar sahamPT United Tractors Tbk tercatat Rp 128 triliun pada 27 April 2018.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Advertisement