Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan kondisi industri perbankan nasional tetap aman di tengah fenomena pelemahan rupiah. Rupiah terus melemah hingga hampir menyentuh level 14.000 per dolar AS.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso mengatakan, pihaknya sudah melakukan stress test atau simulasi terkait kondisi pelemahan rupiah bahkan hingga asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat di angka terdepresiasi cukup dalam.
"Hasilnya kondisi perbankan Indonesia masih cukup kuat," ungkapnya dalam usai Rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), di Bank Indonesia, Jakarta, Senin (30/4/2018).
Advertisement
Baca Juga
OJK juga telah melakukan stress test terkait suku bunga. Hal ini dengan asumsi suku bunga kredit mengalami kenaikan dalam batas tertentu. Hasilnya perbankan Indonesia secara umum masih cukup kuat.
"Mengenai surat berharga Kalau ada upflow, yield-nya naik, beberapa surat berharga turun terutama surat berharga korporasi. Tapi penurunan itu tidak cukup mempengaruhi profit and loss perbankan," jelasnya.
Hal lain yang membuat daya tahan industri perbankan Indonesia, kata dia, masih kuat sebab didukung oleh kapasitas permodalan bank yang cukup tinggi yaitu mencapai 22 persen.
"Untuk stressing ini, permodalan perbankan kita relatif tinggi," tegas Wimboh.
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com
Rupiah Hari Ini
Mengutip Bloomberg, Senin (30/4/2018), rupiah dibuka di angka 13.874 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.893 per dolar AS.
Dari pagi hingga sore hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.870 per dolar AS hingga 13.900 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 2,34 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.877 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 13.879 per dolar AS.
Dolar AS memang sedikit tertekan di kawasan Asia pada awal pekan ini setelah pada pekan lalu terus mengalami penguatan.
Pada pekan lalu, indeks dolar yang merupakan indeks yang mengukur nilai tukar dolar AS terhadap sekeranjang mata uang yang lain, niak lebih dari 1,3 persen. Kenaikan tersebut terbesar dalam lebih dari dua bulan.
Kenaikan tersebut karena melonjaknya imbal hasil surat utang pemerintah AS ke level 3 persen. "Dolar AS sebenarnya masih ada tenaga untuk terus menguat tetapi sepertinya agark tertahan saat ini," jelas analis Sumitomo Mitsui Banking Corporation, Singapura, Satoshi Okagawa. Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement