Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membuka pameran Dhawa Fest Pesona 2018. Pameran tersebut mengangkat tema adat tradisional Sumatera Utara yang selenggarakan selama tiga hari mulai dari 2 Mei-4 Mei 2018.
Dalam kesempatan tersebut, Sri Mulyani menggunakan kebaya brokat modern berwarna merah dipadukan dengan songket berwarna cokelat. Kedatangan Sri Mulyani dan pejabat eselon I Kementerian Keuangan disambut dengan tarian dan musik khas Tapanuli Utara.
Sri Mulyani mengatakan, pengangkatan tema Sumatera Utara merupakan salah satu upaya untuk memperkenalkan keberagaman Indonesia. Indonesia tidak hanya satu warna, satu agama, satu suku dan satu daerah.
Advertisement
Baca Juga
"Saya senang temanya Sumatera Utara tema yang memperkenalkan seluruh pelosok Indonesia ini harus terus menerus diingatkan dan diedukasi kalau Indonesia itu beragam," ujar Sri Mulyani di Gedung Dhanapala, Jakarta, Rabu (2/5/2018).
Sri Mulyani mengatakan, perbedaan adalah kekayaan yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Untuk itu, melalui keberagaman pemerintah akan terus menciptakan kehidupan bernegara yang adil dan makmur bagi seluruh rakyat Indonesia.
"Untuk mencapai tujuan itu perlu seluruh pihak untuk mendukung. Presiden menyampaikan fokus kita adalah membangun manusia melalui kesehatan dan pendidikan. Saya senang bahwa Dharma Wanita bisa ikut terjun karena tidak semua bisa dikerjakan pemerintah sendiri," ujar dia.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut berharap, pameran Dhawa Fest Pesona 2018 yang digelar dalam tiga hari tersebut dapat meningkatkan ekonomi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Selain itu, pameran ini juga diharapkan dapat mendorong produk Indonesia dapat dipasarkan hingga keluar negeri.
"Semoga apa yang dilakukan selama tiga hari ini bisa memberikan rezeki berkah terutama untuk UMKM yang mengikuti. Dan mendorong masyarakat untuk membeli produk buatan Indonesia. Produk ini adalah produk unggulan. Sehingga diharapkan bisa meningkatkan ekspor," kata dia.
Â
Reporter: Anggun P.Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Rupiah Tersungkur, Sri Mulyani Minta Masyarakat Tenang
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati meminta masyarakat Indonesia untuk tenang menghadapi gejolak nilai tukar rupiah. Kurs mata uang Garuda hari ini melemah ke posisi 13.930 per dolar AS.
"Dalam hal ini (penguatan dolar AS), masyarakat diharapkan tenang karena pergerakan ini berasal dari AS dan pengaruhnya ke mata uang dunia," kata dia di Gedung DPR, Jakarta, Kamis 26 April 2018.
Sri Mulyani menjelaskan, pelemahan rupiah lebih kecil atau relatif sama dibanding mata uang negara maju dan emerging lain yang mencapai lebih dari dua persen.
"Dalam dua hari terakhir, dibanding mata uang negara maju dan emerging, rupiah masih pada kisaran yang relatif sama atau lebih baik sedikit," ujarnya.
"Beberapa mata uang negara maju terdepresiasi di atas dua persen. Mata uang di kawasan kita (ASEAN) pun di atas itu. Bahkan, India terdepresiasi lebih dalam karena ingin memacu ekspor," Sri Mulyani menambahkan.
Lebih jauh dia mengungkapkan, penyebab kurs rupiah melemah lebih banyak dipengaruhi kebijakan ekonomi dari pemerintah AS seiring dengan perbaikan data ketenagakerjaan dan inflasi di Negeri Paman Sam.
"Perekonomian AS, baik data employment maupun inflasi menunjukkan suatu recovery. Perubahan kebijakan fiskal, seperti pajak dan perdagangan, sehingga AS akan melakukan berbagai kebijakan meng-adjust," paparnya.
Selain itu, ucapnya, The Fed juga akan menaikkan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate sebanyak tiga sampai empat kali di 2018. Namun demikian, diakui Sri Mulyani, The Fed akan mengerek suku bunga acuan secara hati-hati.
"Adanya outlook kebijakan AS, kebijakan fiskal, seperti penurunan pajak dan tambahan belanja akan meningkatkan defisit mereka, sehingga kita sudah akan memprediksi terjadi kenaikan treasury (imbal hasil obligasi) tenor 10 tahun," jelas Sri Mulyani.
Menurut dia, kebijakan fiskal, moneter, dan perdagangan AS akan sangat mempengaruhi dunia, termasuk berdampak ke nilai tukar mata uang rupiah maupun negara lain. Pasalnya AS merupakan negara terbesar di dunia.
"Tapi kita akan antisipasi dalam konteks pergerakan kebijakan (AS) ini terhadap mata uang dolar AS dan suku bunga mereka. Kita akan lihat kebijakan makro di Indonesia," pungkas Sri Mulyani.
Â
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Advertisement