Sukses

Menteri BUMN Klaim Banyak Gunakan Pekerja Lokal di Proyek Kereta Cepat

Mulai bulan ini pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung akan berjalan secara masif.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini M Soemarno mengklaim proyek kereta cepat Jakarta-Bandung tetap mengutamakan penggunaan pekerja lokal. Ini dikarenakan salah satu tujuan mega proyek tersebut adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat di masa depan.

Tidak hanya saat proyek tersebut rampung, saat pengerjaan seharusnya sudah dan akan banyak menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar. Namun, beberapa posisi untuk jabatan profesional teknis memang masih didatangkan dari China.

"Jadi lebih banyak pekerja lokal tapi secara teknologi itu memang masih memakai interior dari mereka," kata Rini di lokasi proyek kereta cepat di KM 3 Jalan Tol Jakarta-Cikampek, Rabu (2/5/2018).

Proyek yang bekerjasama dengam China Railway Corporation (CRC) ini memang baru yang pertama kali di Indonesia. Dengan demikian banyak menggunakan teknologi canggih.

Seperti dicontohkan dalam pengerjaan 13 titik terowongan. "Kini dari China sehubungan dengan kereta cepat mereka menekan bahwa mereka memberikan teknologi yang terbaik yang mereka sudah tes dan miliki untuk bisa diimplementasikan di Jakarta-Bandung," tambah Rini.

Namun demikian, dengan mengedepankan transfer teknologi, beberapa pekerja dari PT Wijaya Karya (Persero) telah dan akan terus dikirim ke China untuk menjalani pelatihan.

Dengan demikian ke depannya Indonesia mampu membuat proyek yang serupa dengan tingkat konten lokal yang lebih tinggi.

"Secara teknologi kita masih belajar dari CRC, tapi kita juga sudah komitmen untuk kita belajar dari mereka. Sehingga Wika sebagai partnernya juga mengirim orang-orang ke China ataupun bersama-sama melakukannya," pungkas Rini.

2 dari 2 halaman

Beroperasi Maret 2021

Sebelumnya, Rini mengungkapkan, mulai bulan ini pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung akan berjalan secara masif. Terutama di titik-titik yang akan dibangun terowongan (tunnel). Setidaknya ada 13 titik terowongan yang nanti menjadi jalur kereta cepat tersebut.

Rini mengaku percepatan proyek ini tidak terlepas dari cairnya pinjaman pendanaan dari China Development Bank (CDB) pada akhir pekan lalu untuk tahap pertama. Pencairan pertama sebesar US$ 170juta atau setara dengan Rp 2,28 triliun.

"Jadi nanti mulai Maret 2021. Pengennya sih akhir 2020 tapi kan butuh commisioning dan itu butuh waktu tiga bulan, seperti LRT kemarin," kata Rini.

Meski ini baru tahap pertama, ditargetkan dalam waktu dua bulan ke depan pencairan pinjaman bakal mencapai US$ 1 miliar.

Mengenai lahan, Rini mengungkapkan memang ini menjadi kendala. Namun, dirinya optimistis, dengan perkembangan yang ada, 142 km jalur kereta cepat ini akan rampung pada akhir Mei 2018.

"Jadi kita memang hati-hati betul kalau pinjaman, kita tidak mau narik kalau tidak butuh," ujar Rini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: