Sukses

Harga Emas dan Sewa Rumah Penyumbang Inflasi DKI Jakarta

Harga bahan makanan turut menyumbang inflasi di DKI Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta - Tekanan harga di DKI Jakarta pada April 2018 kembali turun. Berbagai perkembangan harga kebutuhan masyarakat Ibu Kota membawa Jakarta mengalami inflasi sebesar 0,06 persen (mtm). Ini lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencatat inflasi 0,09 persen (mtm), dan dari inflasi nasional (0,10 persen mtm).

Namun, bulan April yang umumnya terjadi deflasi akibat penurunan harga bahan makanan karena panen di berbagai sentra pangan, tahun ini mengalami inflasi . Ini disebabkan adanya kenaikan harga pada beberapa komoditas lainnya, seperti kontrak rumah, emas dan bensin.

"Dengan demikian, laju inflasi DKI Jakarta sejak awal tahun tercatat sebesar 0,95 persen (ytd)," kata Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Fadjar Majar, dalam keterangan tertulis, Kamis (3/5/2018).

Di DKI Jakarta pada April 2018, harga beras tercatat turun 2,84 persen (mtm), seiring masih berlangsungnya panen raya beras di daerah-daerah sentra sehingga pasokan di Ibu Kota cukup berlimpah. Harga daging sapi dan bawang merah juga tercatat turun masing-masing 2,52 persen (mtm) dan 0,10 persen (mtm) karena pasokan yang meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Walau demikian, penurunan harga pangan sedikit tertahan oleh naiknya beberapa komoditas utama lain, antara lain daging ayam ras (1,68 persen mtm), telur ayam ras (1,14 persen mtm), dan cabai merah (1,33 persen mtm).

Berbagai perkembangan tersebut membawa kelompok pengeluaran bahan makanan mengalami deflasi sebesar 0,70 persen (mtm), lebih dalam dari deflasi bulan sebelumnya sebesar 0,40 persen (mtm).

2 dari 2 halaman

Inflasi pada Mei 2018 Bakal Naik

Turunnya inflasi pada April 2018 juga didukung oleh lebih rendahnya tekanan harga pada komoditas-komoditas yang termasuk dalam kelompok administered prices.

Hal tersebut terutama disebabkan oleh turunnya indeks tarif transportasi angkutan udara sebesar 0,56 persen (mtm), yang didorong oleh lebih rendahnya aktivitas perjalanan masyarakat. Ini mengingat tidak terdapatnya momen libur panjang (long weekend) pada periode tersebut yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk berlibur.

Selain itu, kenaikan harga bahan bakar Pertamax pada April 2018 tidak berlanjut. Kenaikan harga bahan bakar terjadi hanya pada bahan bakar jenis Pertalite, yang memberikan dampak lebih rendah terhadap inflasi bensin dibandingkan dengan Pertamax.

Inflasi bensin pada April 2018 hanya sebesar 0,56 persen (mtm), lebih rendah dari inflasi bensin pada Maret 2018 sebesar 1,14 persen (mtm). Inflasi yang terjadi pada April, terutama disebabkan kenaikan harga pada komoditas-komoditas yang termasuk dalam kelompok inflasi inti, sehingga menahan laju penurunan inflasi di Ibu Kota.

Kenaikan harga emas internasional serta penguatan dolar Amerika Serikat, menyebabkan harga emas perhiasan di Jakarta meningkat sebesar 1,93 persen (mtm). Kenaikan harga kontrak rumah di Jakarta sebesar 1,61 persen (mtm) juga turut meningkatkan tekanan inflasi kelompok inti.

"Walau demikian, tingkat permintaan masyarakat yang secara umum masih terbatas, menahan inflasi inti dari gejolak yang berlebih," kata Fadjar.

Memperhatikan berbagai perkembangan harga di pasar dan berbagai informasi terkini, inflasi pada Mei 2018 diperkirakan meningkat. Masuknya periode puasa pada pertengahan Mei 2018, cenderung diikuti oleh kenaikan harga secara umum. Hal ini perlu dicermati oleh para pemangku kebijakan.

"Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain pembentukan ekspektasi yang baik pada masyarakat, menjaga kesinambungan pasokan pangan, serta imbauan belanja secara bijak," ujar Fadjar. (Yas)

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: