Sukses

Menanti Data Keyakinan Konsumen, Rupiah Stabil di 13.930 per dolar AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.938 per dolar AS hingga 13.950 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih stabil di kisaran 13.900 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Pelaku pasar menunggu pengumuman data keyakinan konsumen.

Mengutip Bloomberg, Jumat (4/5/2018), rupiah dibuka di angka 13.938 per dolar AS, tak berbeda jauh dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.939 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.938 per dolar AS hingga 13.950 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 2,89 per dolar AS.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.943 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.965 per dolar AS.

Research Analyst FXTM Lukman Otunuga menjelaskan, rupiah bergerak stabil pada perdagangan har ini sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah menjelang rilis laporan Keyakinan Konsumen Indonesia untuk periode April.

Rupiah berpotensi menguat apabila keyakinan konsumen Indonesia semakin membaik. Walau begitu, peningkatan nilai tukar rupiah mungkin terbatas oleh faktor eksternal.

Dolar AS dapat terangkat oleh prospek kenaikan suku bunga AS dan naiknya ekspektasi inflasi, mata uang pasar berkembang termasuk rupiah mungkin tetap tertekan.

"Dolar AS yang menguat secara agresif dapat memaksa Bank Indonesia untuk meningkatkan suku bunga acuan demi menyelamatkan rupiah," jelas dia.

Terkait prospek, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan stabil. Dengan peningkatan antisipasi menjelang rilis NFP AS di Jumat, volatilitas rupiah akan lebih tinggi.

 

2 dari 2 halaman

Masyarakat Tak Perlu Khawatir

Sebelumnya,  Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowadojo mengharapkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan membaik. Hal ini mengingat hasil pertemuan the Federal Open Market Committee (FOMC) memutuskan mempertahankan suku bunga.

Agus menuturkan, pada pertemuan FOMC itu membahas ekonomi Amerika Serikat (AS) yang membaik.

"Jadi semua pasar bereaksi dan berpengaruh pada dunia termasuk kepada rupiah," kata Agus, di Gedung BI, Jakarta, Kamis (3/5/2018).

Agus menyatakan, hasil FOMC meeting akan dibahas pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang diselenggarakan pada 16-17 Mei 2018.

 

"Tetapi yang kami jelaskan tidak perlu khawatir, BI selalu ada di pasar jika ada tekanan. Jadi kami mohon untuk bisa menenangkan masyarakat, BI akan ada selalu di pasar untuk menjaga ini."

Agus mengungkapkan, saat ini tekanan juga dialami mata uang negara lain, bukan hanya rupiah.

"Untuk Indonesia mata uangnya kalau dilihat bahwa satu dolar sama dengan lima digit rupiah tetapi jika mata uang yang lain satu dolar sama dengan satu digit atau dua digit uang. Ini kalau seandainya persentase ada depresiasi misalnya 1 persen, 2 persen kelihatan di Indonesia jumlahnya besar tapi sebanyak yang dilhiat adalah presentase,” ujar dia.

"Kalau terjadi depresiasi kita anggap sesuatu yang wajar, tapi mohon jangan hanya lihat nominal saja, tapi juga dilihat persentase,” kata dia menambahkan.

Agus mengatakan, BI akan terus menjaga volatilitas rupiah dalam keadaan yang wajar. "Dan BI ingin menjamin bahwa likuiditas dari valuta asing dan jika ada sedikit volatilitas mencerminkan komitmen BI menerapkan fleksibel exchange rate,” ujar Agus.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: