Sukses

Bos GarudaFood: Gejolak Rupiah Bikin Orang RI Irit Belanja

Masyarakat Indonesia cenderung menahan pengeluaran atau belanja akibat pelemahan rupiah terhadap dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah di pasar spot tenggelam menembus level 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan kemarin (7/5/2018). Posisi ini terendah sejak Desember 2015.

Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), mata uang garuda bergerak Rp 13.956 per dolar AS.

Pendiri GarudaFood Sudhamek AWS mengungkapkan, konsumsi rumah tangga atau pasar mulai lesu pada minggu keempat April 2018. Penyebab apa lagi kalau bukan fluktuasi nilai tukar rupiah.

"Awal Januari sampai minggu ketiga April, (konsumsi) masih bagus. Pasar mulai agak lesu di minggu keempat April. Nampaknya itu terkait dengan gejolak nilai tukar," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Selasa (8/5/2018).

Menurut Sudhamek AWS, masyarakat Indonesia cenderung menahan pengeluaran atau belanja akibat pelemahan rupiah terhadap dolar AS.

"Ada kecenderungan untuk menahan pengeluaran. Ini terkait konfiden level sehubungan dengan gonjang ganjing nilai tukar dolar AS," terang Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) itu.

Dia berharap kepada pemerintah untuk membangun komunikasi dengan masyarakat yang lebih intensif dan efektif. Salah satunya dengan mendengungkan hal-hal positif.

"Ini kan berkaitan dengan level konfiden, maka persepsi harus di manage. Saya kira pemerintah harus membangun komunikasi dengan masyarakat, hal-hal positif diterompetkan, pekerjaan rumah perlu meningkatkan fungsinya," tutur Sudhamek.

Dirinya menyebut, kontribusi Lebaran akan mengerek pertumbuhan konsumsi sebesar 30 persen. Persentase itu diakui Sudhamek sudah terjadi sejak Februari dan Maret 2018.

"Asian Games juga harus terus dipromosikan sehingga bisa menggairahkan permintaan. Olahraga adalah momentum di mana kita biasanya bisa bersatu dan optimisme meningkat," jelas orang terkaya di Indonesia urutan ke-38 versi Forbes 2017 itu.

 

2 dari 2 halaman

Naikkan Suku Bunga Acuan

Dia berharap, Bank Indonesia (BI) segera melakukan intervensi di pasar uang. Termasuk mengerek suku bunga acuan.

"Suku bunga acuan harus naik karena The Fes kan sudah naik duluan. BI ini aneh, saat harus turun tidak turun-turun. Sekarang saatnya naik, malah tidak naik-naik. Moneter kan tanggung jawab BI," tukas Sudhamek.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, konsumsi rumah tangga di kuartal I-2018 tumbuh 4,95 persen atau naik tipis 0,01 persen jika dibandingkan periode yang sama pada 2017 sebesar 4,94 persen.