Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah mampu menguat pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Pendorong kenaikan harga minyak usai oerganisasi pengekspor minyak (OPEC) melaporkan bahwa masalah kelebihan pasokan minyak di dunia sudah hampir bisa diselesaikan.
Mengutip Reuters, Selasa (15/5/2018), harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan dunia naik USD 1,11 dan menetap di USD 78,23 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 26 sen menjadi USD 70,96 per barel.
Advertisement
Baca Juga
Diskon atau perbedaan harga antara WTI dan Brent yang mencapai USD 7,28 per barel ini merupakan yang terlebar sejak 12 Desember karena lonjakan produksi AS.
Energy Information Administration menyatakan bahwa produksi minyak mentah AS diperkirakan mencapai 7,18 juta barel per hari yang merupakan rekor tertinggi.
Namun produksi minyak AS yang tinggi ini sangat kontras dengan produksi dari negara-negara yang bergabung dalam OPEC. Perbadaan tersebut mampu mendorong harga minyak menguat.
"Angka produksi OPEC turun drastis terutama dari Venezuela dan mampu menyeimbangkan pasokan dengan permintaan," jelas analis Again Capital LLC, John Kilduff.
Kesepakatan Iran
Sebelumnya, harga minyak melemah lantaran sekutu Amerika Serikat (AS) akan mendorong untuk mempertahankan kesepakatan dengan Iran. Ada harapan itu dapat menjaga ekspor minyak mentah Iran di pasar global.
AS berencana kembali memberikan sanksi terhadap Iran usai Presiden AS Donald Trump memutuskan keluar dari kesepakatan yang disetujui 2015.
Kesepakatan yang membatasi ambisi nuklir Iran. Sejumlah analis memperkirakan harga minyak akan naik karena ekspor Iran turun. Kontribusi Iran terhadap minyak dunia sekitar empat persen.
Namun Perdana Menteri Inggris Theresa May menegaskan kembali dukungannya terhadap kesepakatan nuklir Iran dan setuju dengan Trump. Pembicaraan diperlukan untuk menetapkan bagaimana sanksi AS akan pengaruhi perusahaan yang beroperasi di Iran.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement