Liputan6.com, Jakarta - Neraca perdagangan April 2018 diperkirakan mengalami surplus sekitar USD 591 juta. Faktor utama pendorong surplus karena adanya peningkatan laju ekspor di bulan keempat ini.
"Neraca perdagangan April ini diproyeksikan sekitar USD 591 juta," kata Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede dalam ulasannya kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa (16/5/2018).
Dia memperkirakan, laju ekspor di April 2018 sekitar 11,6 persen (year on year/yoy), sementara laju impor sekitar 19,1 persen (yoy).
Advertisement
Baca Juga
Menurut Josua, kinerja ekspor pada April inj ditopang oleh peningkatan volume ekspor. Ditunjukkan dengan adanya kenaikan Baltic dry index.
"Serta adanya peningkatan aktivitas manufaktur beberapa mitra dagang utama Indonesia antara lain Amerika Serikat, Jepang, dan India," terangnya.
Namun demikian dari sisi harga, sambungnya, beberapa komoditas ekspor Indonesia seperti batu bara, CPO, dan karet alam cenderung turun secara rata-rata sepanjang bulan laporan.
Sementara itu, Josua menambahkan, permintaan impor masih relatif tinggi ditopang oleh peningkatan aktivitas manufaktur domestik, yang terindikasi dari PMI manufaktur domestik.
"Masih kuatnya impor juga dikonfirmasi oleh kenaikan penjualan semen yang merefleksikan masih solidnya impor bahan baku dan barang modal. Selain itu, impor barang konsumsi juga diperkirakan meningkat jelang Ramdan dan Idul Fitri," pungkas Josua.
Neraca Perdagangan Maret
Neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2018 berbalik arah dengan catatan surplus sebesar US$ 1,09 miliar. Padahal selama tiga bulan berturut-turut, terjadi defisit perdagangan pada periode Desember 2017, Januari dan Februari 2018.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk mengumumkan, nilai ekspor Indonesia pada bulan ketiga ini tercatat sebesar US$ 15,58 miliar, sementara impor lebih rendah sebesar US$ 14,49 miliar.
"Terjadi surplus sebesar US$ 1,09 miliar di Maret sesudah defisit di Januari dan Februari," katanya pada senin 16 April 2018.
Nilai ekspor Indonesia pada Maret sebesar US$ 14,58 miliar meningkat 10,24 persen dibanding Februari dan naik 6,14 persen daripada realisasi Maret 2017.
Sementara untuk sepanjang Januari-Maret, nilai ekspor sebesar US$ 44,27 miliar, sedangkan impornya sebesar US$ 43,98 miliar. Secara kumulatif, surplus US$ 0,28 miliar atau US$ 280 juta pada Januari-Maret 2018.
"Angka ini cukup menggembirakan dibanding posisi Januari-Februari 2018. Kita berharap, ke depan ekspor kita semakin bagus, makin banyak jenis produk yang diekspor dan makin terbuka negara non tradisional," jelas Kecuk.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Advertisement