Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, defisit perdagangan pada April 2018 untuk jangka panjang bersifat positif. Sebab, defisit tersebut dipicu oleh peningkatan impor bahan baku dan bahan penolong yang digunakan untuk sektor industri.
Pernyataan tersebut menanggapi realisasi neraca perdagangan Indonesia pada April 2018 mengalami defisit sebesar USD 1,63 miliar. Hal tersebut dipicu oleh defisit sektor migas sebesar USD 1,13 miliar dan sektor nonmigas menyumbang angka sebesar USD 0,50 miliar.
Advertisement
Baca Juga
"Secara jangka panjang positif karena capital goods impor barang modal masuk itu juga positif. Jadi yang harus didorong ke depan adalah salah satunya produksi untuk substitusi impor," ujar Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (16/5/2018).
Airlangga mengatakan, pemerintah tengah berupaya melakukan subsitusi bahan baku impor supaya mudah diperoleh di Indonesia. Salah satunya pada industri tekstil yang selama ini sebagian besar mengandalkan bahan baku impor berupa katun.
"Impor itu besar untuk bahan baku dan bahan baku penolong. Itu tergantung sektornya. Kalau bicara tekstil, katun itu impor. Kalau substitusinya apa rayon. Rayon itu sedang dibangun. Industri seperti rayon ini harus dibangun. Substitusinya lagi apa? Dari poliyester dari petrochemical," jelasnya.
Â
Insentif Pajak
Airlangga menambahkan, pemerintah juga memberi dukungan kepada masyarakat atau investor dengan mengkaji kebijakan pemberian insentif pajak. Hal ini diharapkan mampu mendorong peningkatan ekspor.
"Solusinya pemerintah memberikan insentif untuk industri hulu dan pioneer itu sedang dibahas. Kemudian pendalaman industri dorong ekspor. Kemarin kan Pak Presiden Jokowi juga ke Tanjung Priok dan ekspornya itu langsung dari Jakarta ke Los Angeles tentu nanti didorong lagi dari Jakarta ke Rotterdam," jelasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Advertisement