Sukses

Bulan Puasa, Mendag Akui Harga Telur dan Daging Ayam Masih Tinggi

Mendag Enggartiasto Lukita mengakui bahwa harga telur dan daging ayam di pasar tradisional belum turun.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menyatakan, memasuki Ramadan, sebagian besar stok bahan kebutuhan pokok terpantau aman dengan harga yang stabil. Namun, ada dua bahan kebutuhan pokok yang masih bergejolak, yaitu telur dan daging ayam‎.

‎‎"Semua bahan pokok aman, pasokannya berlebih. Yang belum cuma dua, yaitu daging ayam dan telur," ujar dia di Jakarta, Kamis (17/5/2018).

Dia menjelaskan, gejolak harga pada telur dan daging ayam itu disebabkan kurangnya pasokan yang masuk pasar. ‎Namun, Kemendag telah mengatasi hal tersebut dengan meminta para peternak skala besar untuk turut menggelontorkan telur dan daging pasar tradisional.

"Semula peternak intergrator yang besar-besar itu kita tidak izinkan masuk di pasar. Akhir minggu lalu saya sudah minta mereka turunkan (stok), yang peternak yang di luar intergrator. Belum turun juga (harganya), terpaksa kita minta (peternak) yang besar-besar untuk gelontorin di pasar," ungkap dia.

Namun, Enggar tidak bisa memastikan berapa banyak telur dan daging ayam yang dipasok oleh para peternak skala besar tersebut. Yang pasti, stok akan terus digelontorkan hingga harga kedua komoditas tersebut kembali normal.

Saat ini, rata-rata harga telur di pasar tradisional di Jakarta mencapai Rp 26 ribu per kg, naik dari harga normal yang berkisar Rp 20 ribu per kg. Sedangkan harga daging ayam berkisar Rp 36 ribu per ekor.‎

"Tidak bisa dihitung sekilo, dua kilo. Pokoknya mereka disuruh masukin di pasar," ungkap dia.

Meski demikian, kata Enggar, untuk komoditas lain, baik pasokan maupun harganya, saat ini cenderung stabil. Dia mencontohkan harga beras yang sudah kembali normal dan sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET).

‎"Aman, seaman-amannya. Barangnya ada, beras ada, kemudian gula banyak. Saya ke Semarang, (beras) yang tadinya Rp 11 ribu sampai 10.500 turun menjadi Rp 9.500. Saya bilang turunan lagi 50 perak jadi Rp 9.450. Gula Rp 11.500. Minyak goreng aman. Daging stabil. Cuma harga telur ayam dan daging ayam," tandas dia.

2 dari 2 halaman

Imbas Dolar AS Perkasa, Harga Daging Ayam Melambung

Kementerian Pertanian (Kementan) mengonfirmasi bahwa harga daging ayam jenis broiler atau ras per ekor di pasaran sejak dua sampai tiga hari lalu terpantau naik. Hal itu disebabkan kenaikan harga pakan ayam impor.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Hendriadi mengatakan, harga daging ayam broiler atau ras itu menanjak dari sebelumnya Rp 32 ribu menjadi Rp 36 ribu.

"Harga daging ayam melonjak, naik Rp 4 ribu," kata dia di sela-sela acara Forum Merdeka Barat (FMB) 9 di Kemenkominfo, Jakarta, pada 11 Mei 2018. 

Melihat data dari situs infopangan.jakarta.go.id, harga ayam broiler atau ras di pasar tradisional di Pasar Minggu, Jakarta, naik dari Rp 35 ribu per ekor (10 Mei) menjadi Rp 37 ribu per ekor. Namun demikian, harga daging ayam di pasar tradisional lainnya masih terpantau stabil Rp 35 ribu per ekor.

Lebih lanjut Agung menjelaskan, naiknya harga daging ayam dipengaruhi oleh harga pakan impor hewan berkaki dua tersebut, yang melonjak sekitar Rp 100-150.

"Harga pakannya naik Rp 100-150 per kg. Itu juga karena penguatan nilai dolar, makanya (jenis pakan ayam) konsentrat khususnya yang kita masih impor sama naik," ucapnya.

Tidak hanya pakan, Agung menambahkan, harga bayi ayam berumur lima hari (Day Old Chicken/DOC) yang didatangkan dari luar negeri pun meninggi, menjadi Rp 500 per ekor.

Menanggapi hal itu, dia menjelaskan, Kementan terus berupaya mengantisipasi potensi kenaikan jelang Ramadan, yakni dengan berkoordinasi bersama seluruh produsen daging ayam.

"Nanti kita selesaikan dengan kawan-kawan, bagaimana cara kita menekan harga, salah satu caranya ya kita turunkan harga pakan. Produsen pakan (ayam) juga kita undang agar bisa menurunkan harga sehingga bisa memenuhi kebutuhan daging di pasar," pungkas dia.

Video Terkini