Sukses

Alasan Dolar AS Masih Tekan Mata Uang Negara Lain

Bank Indonesia beberkan alasan dolar Amerika Serikat masih menguat terhadap mata uang lainnya ke depan.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) prediksi dolar Amerika Serikat (AS) masih akan menekan mata uang negara lain. Hal tersebut karena pertumbuhan ekonomi global 2018 akan semakin baik meskipun berlangsung proses penyesuaian likuiditas global.

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo mengatakan, pertumbuhan ekonomi global 2018 diperkirakan mencapai 3,9 persen atau lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya 3,8 persen.

Dia menjelaskan, prediksi pertumbuhan tersebut terutama didorong  oleh akselerasi ekonomi AS yang bersumber dari penguatan investasi dan konsumsi di tengah berlanjutnya normalisasi kebijakan moneter AS.

"Di tengah tren penguatan ekonomi dunia, likuiditas dolar AS cenderung mengetat, yang kemudian mendorong kenaikan imbal hasil surat utang AS dan penguatan dolar AS sehingga menekan banyak mata uang lainnya," kata Agus, di kantornya, Kamis (17/5/2018).

Agus mengatakan, ke depan, sejumlah risiko perekonomian global tetap perlu diwaspadai, antara lain, kenaikan Fed Fund Rate (FFR) dan imbal hasil surat utang Amerika Serikat, kenaikan harga minyak, ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok, serta isu geopolitik terkait pembatalan kesepakatan nuklir antara AS dan Iran.

"Dari Eropa, pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan tumbuh lebih tinggi didukung perbaikan ekspor dan konsumsi serta kebijakan moneter yang akomodatif," ujar dia.

Sementara itu, untuk negara berkembang, pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan tetap cukup tinggi ditopang kenaikan konsumsi dan investasi swasta serta proses penyesuaian ekonomi yang berjalan dengan baik.

"Prospek pemulihan ekonomi global yang membaik tersebut akan meningkatkan volume perdagangan dunia yang berdampak pada tetap kuatnya harga komoditas, termasuk komoditas minyak, pada 2018,” kata dia.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 

2 dari 2 halaman

Rupiah Melemah 1,47 Persen pada Kuartal I 2018

Bank Indonesia (BI) menyatakan nilai tukar rupiah mengalami depresiasi pada kuartal I 2018 karena dipicu penguatan dolar AS yang terjadi dalam skala global.

Gubernur BI, Agus Martowardojo mengatakan, rupiah melemah sebesar 1,47 persen pada kuartal I 2018  dan 1,06 persen pada April 2018. 

"Perkembangan nilai tukar rupiah masih terkendali ditopang oleh fundamental ekonomi Indonesia yang terjaga dan langkah stabilisasi secara terukur yang ditempuh Bank Indonesia," kata Agus, di kantornya, Kamis (17/5/2018).

Dia mengatakan, langkah stabilisasi nilai tukar rupiah di periode penyesuaian likuiditas global ini juga ditopang upaya mengoptimalkan instrumen operasi moneter untuk tetap menjaga ketersediaan likuditas.

"Ke depan, Bank Indonesia terus mewaspadai risiko ketidakpastian pasar keuangan global dengan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya, serta menjaga bekerjanya mekanisme pasar dan didukung upaya-upaya pengembangan pasar keuangan," ujar dia.

Sebagai informasi, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan Bank Indonesia (BI) 7-day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan sebesar 25 basis point (bps) menjadi 4,50 persen. Bank Indonesia juga menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 3,75 persen dan Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25 persen.

"Rapat Dewan Gubernur BI pada 16-17 Mei 2018 memutuskan untuk menaikkan BI 7-day repo rate sebesar 25 bps menjadi 4,5 persen. Berlaku efektif sejak 18 Mei tahun 2018," ujar  Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo, di Kantor BI, Jakarta, Kamis 17 Mei 2018.

Agus mengatakan, kebijakan tersebut ditempuh sebagai bauran kebijakan BI untuk konsisten dengan upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan di tengah berlanjutnya peningkatan ketidakpastian pasar keuangan dunia dan penurunan likuiditas global.

Selain itu, Bank Indonesia juga melanjutkan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai kondisi fundamentalnya dengan tetap mendorong bekerjanya mekanisme pasar.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: