Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan berada dalam kisaran 2,0 persen-2,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada 2018. Defisit itu tetap terkendali dalam batas yang aman yaitu tidak melebihi tiga persen dari PDB.
BI mencatat defisit transaksi berjalan kuartal I 2018 menurun sehingga menopang ketahanan sektor eksternal perekonomian Indonesia.
Gubernur BI, Agus Martowardojo mengatakan bahwa defisit transaksi berjalan tercatat 5,5 miliar dolar AS (2,1 persen dari PDB) pada kuartal I 2018 atau lebih rendah 0,2 persen dari defisit pada kuartal sebelumnya yang mencapai 6,0 miliar dolar AS (2,3 persen dari PDB).
Advertisement
Baca Juga
"Penurunan defisit transaksi berjalan terutama dipengaruhi oleh penurunan defisit neraca jasa dan peningkatan surplus neraca pendapatan sekunder," kata Agus, di kantornya, Kamis (17/5/2018).
Sementara itu, transaksi modal dan finansial tetap mencatat surplus di tengah tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global.
"Surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan I 2018 tercatat 1,9 miliar dolar AS, terutama ditopang oleh aliran masuk investasi langsung yang masih cukup tinggi sehingga mencerminkan tetap positifnya persepsi investor terhadap prospek perekonomian Indonesia," ujar dia.
Pada April 2018, neraca perdagangan mengalami defisit USD 1,63 miliar  terutama karena peningkatan impor nonmigas sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi.
Posisi cadangan devisa pada April 2018 tercatat USD 124,9 miliar, setara dengan pembiayaan 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.Â
Â
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Â
Defisit Transaksi Berjalan Kuartal I 2018 USD 5,5 Miliar
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan defisit transaksi berjalan kuartal I 2018 menurun sehingga menopang ketahanan sektor eksternal perekonomian Indonesia.Â
Defisit transaksi berjalan tercatat USD 5,5 miliar (2,1 persen PDB) pada kuartal I 2018, lebih rendah dari defisit pada kuartal sebelumnya yang mencapai USD 6,0 miliar (2,3 persen PDB).
Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Arbonas Hutabarat menjelaskan, penurunan defisit transaksi berjalan terutama dipengaruhi oleh penurunan defisit neraca jasa dan peningkatan surplus neraca pendapatan sekunder.
"Penurunan defisit neraca jasa terutama dipengaruhi kenaikan surplus jasa perjalanan (travel) seiring naiknya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan menurunnya impor jasa pengangkutan (freight). Peningkatan surplus neraca pendapatan sekunder sejalan dengan naiknya penerimaan remitansi dari pekerja migran Indonesia," ujar dia, Sabtu 12 Mei 2018.
Sementara itu, surplus neraca perdagangan nonmigas menurun terutama dipengaruhi penurunan ekspor nonmigas. Impor nonmigas juga menurun meski lebih terbatas, dengan impor barang modal dan bahan baku masih berada pada level yang tinggi sejalan dengan kegiatan produksi dan investasi yang terus meningkat.
Sementara untuk transaksi modal dan finansial kuartal I 2018 tetap mencatat surplus di tengah tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global. Surplus transaksi modal dan finansial pada kuartal I 2018 tercatat USD 1,9 miliar, terutama ditopang oleh aliran masuk investasi langsung yang masih cukup tinggi.
Hal ini mencerminkan tetap positifnya persepsi investor terhadap prospek perekonomian Indonesia. Namun demikian, surplus transaksi modal dan finansial kuartal I 2018 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada kuartal sebelumnya.
Penurunan surplus tidak terlepas dari dampak peningkatan ketidakpastian di pasar keuangan global yang kemudian mengakibatkan penyesuaian penempatan dana asing di pasar saham dan pasar surat utang pemerintah.
"Penurunan surplus juga dipengaruhi oleh komponen investasi lainnya yang tercatat defisit, terutama dipengaruhi naiknya penempatan simpanan sektor swasta pada bank di luar negeri," tambah Arbonas.
Â
 Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Advertisement