Liputan6.com, New York - Harga minyak terus meroket hingga sempat menembus level USD 80 per barel untuk pertama kalinya dalam empat tahun. Sanksi baru AS yang akan menghantam industri energi Iran dan kejatuhan keruntuhan ekonomi Venezuela telah menimbulkan kekhawatiran akan pasokan minyak global.
Baca Juga
Advertisement
Dilansir dari Financial Times, Jumat (18/5/2018), Brent, patokan internasional untuk harga minyak, naik lebih dari USD 1,1 pada hari Kamis dan sempat menyentuh level tertinggi USD 80,5 per barel, tertinggi sejak 24 November 2014.
Meski pada penutupan perdagangan, harga minyak Brent untuk pengiriman Juli 2018 yang diperdagangkan di ICE Futures berakhir pada USD 79,3 atau naik US$ 2 sen.
Minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) ditutup stabil di level USD 71,49 per barel. WTI sebelumnya mencapai USD 72,3 per barel atau level tinggi sejak 28 November 2014.
Harga minyak mentah Brent telah meningkat bahkan sebelum Donald Trump mengumumkan penarikan AS dari kesepakatan nuklir dan memberlakukan kembali pembatasan ekspor minyak Iran awal bulan ini, dengan harga naik lebih dari 40 persen selama setahun terakhir.
Tetapi prospek berkurangnya pasokan minyak dari Iran dan Venezuela telah mengirimkan Brent naik lebih dari USD 5 per barel sepanjang Mei.
Kesepakatan OPEC dan Rusia untuk memotong produksi minyak dan konsumsi minyak yang kuat dipacu oleh ekonomi global yang lebih sehat, telah meyakinkan beberapa investor bahwa harga minyak bakal terus meroket, bahkan bisa menembus level USD 100 per barel.