Liputan6.com, Jakarta - Pada hari kedua puasa, sejumlah harga pangan ada alami kenaikan. Contohnya daging ayam atau broiler alami lonjakan harga. Sedangkan harga daging sapi lokal masih tetap.
Sri (68), seorang penjual daging ayam di Pasar Kebayoran Lama mengatakan, daging ayam broiler biasanya terbagi ke dalam beberapa jenis ukuran. Untuk ukuran sedang, dia menyebutkan, telah naik sekitar Rp 3 ribu.
"Ayam broiler sekarang Rp 45 ribu, naik begini dari biasanya Rp 42 ribu. Udah beberapa hari," ucap dia kepada Liputan6.com di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Jumat (18/5/2018).
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, seorang pedagang lain di pasar yang sama, Narti (28) menyatakan, daging ayam ras dengan ukuran sedikit lebih besar yang dijualnya pun secara harga melonjak.
"Sekarang Rp 70 ribu per ekor, kalau biasanya Rp 65 ribu. Sudah sebelum mau puasa kayak begini," ujar dia.
Terkait harga daging sapi lokal, Liputan6.com coba memantau dan memastikan harganya belum berubah sejak beberapa hari lalu, yakni Rp 120 ribu per kg. Salah satunya seperti yang dikatakan Sutarno (48). "Daging masih biasa, Rp 120 ribu," kata dia.
Kemendag Ungkap Biang Kerok Harga Telur dan Daging Ayam Melambung
Sebelumnya, harga daging ayam dan telur mengalami kenaikan di awal Ramadan ini. Hal tersebut disinyalir akibat kurangnya pasokan ke pasar-pasar tradisional.
Direktur Jenderal (Dirjen) Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Tjahja Widayanti mengatakan, dari hasil pantauannya di 34 provinsi, harga telur dan daging ayam cenderung tinggi. Namun, dia membantah jika kenaikan tersebut disebabkan oleh ulah peternak yang menahan pasokan ke pasaran.
"Ayam memang beberapa saat ini berdasarkan hasil pantauan kita di 34 provinsi, ayam memang agak spesial. Enggak (pasokan ditahan) ada isu itu," ujar dia di Kawasan Kasablanka, Jakarta, Kamis (17/5/2018).
Menurut Tjahja, kenaikan harga telur ayam dan daging ayam tersebut kemungkinan disebabkan oleh produksinya yang tengah menurun. Namun, hal ini tengah coba diselidiki Kemendag dan Kementerian Pertanian (Kementan).
"Ini dari sisi produksi, mungkin bisa ditanya ke Kementan. Karena saya sendiri tidak paham kalau itu berkaitan dengan hormon, suplemen, atau pakan. Mungkin kalau terkait dengan harga DOC kita lihat komponen apa yang paling tinggi. Harus kita lihat dan sama-sama dengan Kementan. Karena misalnya kalau pakan itu tidak memenuhi kebutuhan dari ayam, nanti produksinya juga kurang baik," jelas dia.
Selain itu lanjut Tjahja, kenaikan harga ini juga diperparah dengan permintaan yang semakin meningkat, terutama saat memasuki Ramadan.
"Ini kan harga karena mau puasa, permintaan tinggi. Terus bagi pedagang pasar, ini momen yang tepat untuk mereka menaikkan. Mereka jangan main-main dengan itu. Seperti kata Satgas Pangan, jangan main-main dengan harga pangan," kata dia.
Untuk mengatasi masalah ini, diakui Tjahja, Kemendag memanggil para peternak dan integrator skala besar. Para peternak ini diminta untuk menggelontorkan telur dan daging ayam ke pasar.
"Kita sudah panggil Senin kemarin, peternak dan integrator, kita minta mereka untuk menurunkan harga. Selain kita cari tahu apa penyebabnya. Kita akan panggil lagi perusahaan yang besar-besar untuk melakukan operasi pasar. Beberapa sudah melakukan itu," ungkap dia.
Tjahja menyatakan, Kemendag tidak mematok jumlah telur dan daging ayam yang harus digelontorkan para peternak besar ini. Namun, diharapkan kedua komoditas tersebut bisa didistribusikan ke pasar-pasar tradisional hingga harganya kembali normal.
"Kita tidak menghitung ini (jumlah), tetapi kita turunkan sampai harga ayam sesuai dengan acuan yang ada di Permendag Nomor 58 Tahun 2018. (Harga acuan) ayam Rp 32 ribu per kg dan telur Rp 22 ribu per kg. Itu di tingkat konsumen," ucap dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement