Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan menggelar rapat koordinasi bersama Kementerian/Lembaga terkait untuk membahas progres pengerjaan Light Rapid Transit atau LRT Jabodebek. Hasilnya membahas progres pembebasan lahan proyek tersebut.Â
Direktur Jenderal Pengadaan Tanah Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Arie Yuriwin mengatakan rapat juga membahas progres pembebasan lahan untuk proyek LRT yang saat ini sudah mencapai 80 persen.
Advertisement
Baca Juga
"Sudah 80 persen. Tinggal dua lokasi yang belum tahapan pengumuman sama pembayaran," ungkapnya ketika ditemui di Kemenko Maritim, Jakarta, Rabu (23/5/2018).
Proses penentuan lokasi untuk pembangunan depo dan trase di Bekasi pun terus berlanjut. Ditargetkan akan selesai pada minggu kedua bulan Agustus.
"Lagi beberapa titik khususnya yang untuk depo, yang kemarin belum ada penentuan lokasi ini akan segera ditindaklanjuti dengan penetapan lokasinya, sehingga untuk depo dan trase bisa kita selesaikan kira-kira Agustus minggu kedualah," katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Pengatur Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono mengatakan rapat kali ini membahas secara khusus permintaan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan agar pertemuan jalur LRT Jabodebek dan LRT Jakarta di daerah Dukuh Atas dibuat terpisah.
"Kan desain awal kan ketemu bareng, tapi Pak Gubernur (dalam) suratnya (meminta) tidak ketemu bareng tapi agak misah," ujarnya.
Bambang menyampaikan bahwa usulan Anies tersebut ditanggapi positif, sebab di daerah Dukuh atas nantinya akan dibangun kawasan TOD.
"Ini baik oke fine, karena akan dibangun TOD. Kalau syarat dari TOD itu ada perpindahan antara moda itu tidak boleh lebih dari 200 meter. Kalau jalan kaki tidak boleh lebih dari 6 menit. Konsepnya pak gubernur bisa," jelas dia.
"TOD nanti yang bangun MRT (PT MRT Jakarta). Penyelenggara MRT, desain macam-macam ada transitnya, ada commercial areanya ada pemukiman, office-nya," tandasnya.
Â
Reporter :Â Wilfridus Setu Embu
Sumber : Merdeka.com
Sering Terjebak Macet Proyek LRT Jabodebek? Begini Penjelasan Adhi Karya
Pengerjaan Light Rail Transit atau LRT Jabodebek yang digarap oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk seringkali menimbulkan dampak kemacetan di sisi jalan proyek. Itu disebabkan oleh menyempitnya lebar jalan akibat proyek yang banyak memakan bahu jalan.
Adapun beberapa daerah kerapkali dilanda kepadatan lalu lintas akibat adanya proyek konstruksi LRT, seperti di jalan MT Haryono, Tebet, dan area di sekitar Gedung Badan Narkotika Nasional (BNN), Cawang.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) Adhi Karya, Adhi Karya Agus Karianto mengatakan masih ada beberapa pekerjaan rumah yang harus dianalisis lebih lanjut, seperti, beberapa pedestrian di jalan MT Haryono yang belum dapat mereka kerjakan.
"Itu kita masih ada proses konsultasi dengan Ditjen Cipta Karya (Kementerian PUPR), Dinas Perhubungan dan Ditjen Bina Marga (Kementerian PUPR). Kalau sudah, kita kerjakan langsung, itu pagarnya kita lepas," ungkap dia di Jakarta, Minggu (29/4/2018).
Sementara itu, Agus melanjutkan, problem penyempitan jalan juga menimpa kawasan Cawang, di mana di sana terdapat pertemuan dua lintasan layanan. "Di depannya BNN itu ada penyempitan agak lama. Jika ditargetkan, akhir Juli sudah bisa normal," tambahnya.
Selain MT Haryono dan Cawang, dia menambahkan, sumber kemacetan utama itu ada di jalur proyek LRT dari Cawang menuju Kuningan. Untuk ruas lain, semisal di jalan Rasuna Said, Agus mengatakan, kepadatan sudah bisa terurai karena U-Shape Girder sudah terpasang di sana.
Dia menyampaikan, total U-Shape Girder yang disediakan untuk proyek LRT sebanyak 2.844 buah. Dari jumlah tersebut, sebanyak 65 persen sudah terpasang, dan 70 persen telah terproduksi.
"Jadi ada 1.990 yang sudah terproduksi per hari ini (untuk proyek LRT). Untuk target keseluruhannya, mungkin sampai September 2018 sudah selesai," pungkas dia.
Advertisement