Sukses

Ingin Produksi BBM Berstandar Euro 5, Pertamina Evaluasi Desain Kilang Balikpapan

Saat ini Pertamina sedang proses untuk melakukan tender Enginering Procurment Construction (EPC) untuk pembangunan kilang Balikpapan.

Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) mengkaji ulang desain dasar teknis (Front End Enginering Desain (FEED) fasilitas pengolahan minyak (kilang) Balikpapan. Langkah ini demi meningkatkan standar Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi Euro 5.

Pelaksana tugas Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, saat ini Pertamina sedang proses untuk melakukan tender Enginering Procurment Construction (EPC) untuk pembangunan kilang Balikpapan.

"Balikpapan hari ini proses sedang tender, penetapan EPC tahun ini," kata Nicke, di Jakarta, Kamis (24/5/2018).

Menurut Nicke, sebelumnya Pertamina telah mengkaji ulang FEED karena ada perubahan produk BBM hasil produksi Kilang Balikpapan, dari desain awal standar Euro 2 menjadi Euro 5.

"Beberapa pekerjaan kita laksanakan, kita review FEED sebelumnya produk Euro 2 sehingga kita tingkatkan Euro 5," papar Nicke.

Dia menargetkan, kontrak EPC dapat ditandatangani pada Oktober 2018. Dengan begitu, pembangunan kilang Balikpapan dimulai, kilang tersebut akan meningkatkan produksi 100 ribu BBM barel per hari (bph).

"Oktober tanda tangan, kontrak EPC, ini akan meninkatkan produksi 100 ribu bph," ucapnya.

2 dari 2 halaman

Dipakai Mobil Mewah, BBM Euro 4 Segera Masuk ke RI Bertahap

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ‎menyatakan Bahan Bakar Minyak (BBM) standar Euro 4 akan tersedia secara bertahap. Pasokan BBM ini akan berasal dari impor.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan, Pertamina telah mengimpor BBM standar Euro 4 sebanyak 180 ribu kilo liter (kl).

Impor ini untuk menjalankan ketentuan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Impor dilakukan sebab saat ini fasilitas pengolahan minyak (kilang) Pertamina belum bisa memenuhi kebutuhan BBM standar Euro 4.

"Karena kilang kita belum bisa memproduksi Euro 4, maka sementara ini Pertamina mengimpor sebesar 180 ribu kl," kata Djoko, di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (23/5/2018).

Menurut Djoko, saat ini BBM standar Euro 4 sudah dikonsumsi kendaraan mewah. Sebab itu, kebutuhan BBM standar Euro 4 masih relatif kecil. Kebijakan penggunaan BBM standar Euro 4 bukan untuk menggeser konsumsi Premium, tetapi ‎untuk menjaga kualitas udara.

"Kemudian apakah ini taktik pemerintah untuk menggeser Premium? Sebetulnya ini bukan tapi memang ada kebijakan di Paris waktu itu, bahwa Kementerian KLH juga sudah mengeluarkan peraturan menteri bahwa euro 4 sudah harus mulai ada di Indonesia," papar Djoko.

Dia mengungkapkan, saat ini pemerintah sudah berkoordinasi dengan Gabungan Industri Kendaraan Indonesia (Gaikindo) untuk memproduksi mesin dengan standar Euro 4. Terkait dengan kemampuan kilang memproduksi BBM standar Euro 4, pemerintah dan Pertamina sudah memiliki program peremajaan dan pembangunan kilang.

"Selama kilang kita belum siap, RDMP belum selesai, kilang juga belum selesai, ya sementara untuk penuhi peraturan Menteri KLH itu kita impor," ‎dia menandaskan.