Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak tergelincir lebih jauh dari posisi USD 80 per barel setelah pembicaraan anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk meningkatkan produksi atau output. Hal ini dilakukan karena adanya kekhawatiran atas pasokan minyak dari Venezuela dan Iran.
Mengutip Reuters, Jumat (25/5/2018), harga minyak Brent berjangka turun USD 1,01 atau 1,27 persen menjadi USD 78,79 per barel. Sementara harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) melorot 1,57 persen atau USD 1,13 ke posisi USD 70,71 per barel.
Advertisement
Baca Juga
Harga minyak susut pasca anggota OPEC memutuskan untuk meningkatkan produksi minyak mentah guna mengantisipasi kekurangan pasokan dari Venezuela maupun Iran yang sedang dilanda krisis dan dampak keputusan AS menarik diri dari perjanjian nuklir. OPEC memutuskan stop pemangkasan produksi yang sudah dimulai sejak awal 2017.
Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan, sebetulnya produksi minyak dapat dikurangi secara perlahan jika negara-negara OPEC dan non-OPEC melihat keseimbangan pasar pada bulan Juni.
Pasalnya Rusia dan Arab Saudi memiliki posisi yang sama terhadap kesepakatan pengurangan produksi minyak ke depannya.
"Tapi kami yakin peningkatan produksi masih akan menjadi pembahasan di pertemuan OPEC bulan depan," kata Presiden Ritterbusch and Associates, Jim Ritterbusch.
Â
Produksi Minyak Venezuela Susut
Produksi minyak mentah Venezuela diketahui turun menjadi sekitar 1,4 juta barel per hari. Kekhawatiran berkurangnya pasokan telah mendorong harga minyak mentah sebelumnya hingga menembus lebih dari USD 80 per barel atau untuk pertama kalinya sejak November 2014.
OPEC dan beberapa produsen minyak utama lainnya dijadwalkan bertemu di Wina, Austria pada bulan depan. Sebelumnya OPEC setuju untuk memangkas produksi gabungan sekitar 1,8 juta barel per hari untuk mengerek harga minyak dan mengurangi kelebihan pasokan.
Sementara itu, AS menghasilkan 10,3 juta barel minyak per hari pada Februari 2018 yang menjadi sebuah rekor. Harga minyak juga turun karena pelaku pasar melakukan aksi ambil untuk menjelang libur memperingati Memorial Day di AS.
Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump juga sudah membatalkan pertemuan puncak dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pada Kamis waktu setempat. Pernyataan tersebut menekan mata uang dolar AS.
Advertisement