Sukses

BI Yakin Pertumbuhan Ekonomi RI Capai 5,3 Persen, Ini Alasannya

Beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab penurunan pertumbuhan ekonomi adalah tingginya belanja impor dibanding ekspor.

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2018 akan sesuai dengan target. Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi 2018 tetap berada pada kisaran 5,1-5,5 persen.

Perry menjelaskan, ada beberapa perkembangan yang menjadi sinyal positif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi 2018. Salah satunya adalah pembagian Tunjangan Hari Raya (THR) di paruh pertama tahun ini.

"Ada beberapa perkembangan yang positif maupun yang memang membuat kenapa pertumbuhan ekonomi yang kita perkirakan sampai 5,3 persen. Stimulus fiskal yang cukup baik," kata Perry, di kantornya, Jumat (25/5/2018).

"Apresiasi Menkeu yang stimulus fiskalnya bisa mendorong ekonomi lebih baik, apalagi gaji dan THR mendorong stimulus fiskal dan termasuk stimulus fiskal belanja modal terutama infrastruktur. Semula investasi lebih banyak di construction, sekarang tidak hanya di construction," sambungnya.

Selain itu, ada beberapa perkembangan positif lainnya yaitu faktor harga komoditas luar negeri.

"Ada beberapa perkembangan yang positif maupun yang memang membuat kenapa pertumbuhan ekonomi yang kita perkirakan sampai 5,3 persen. Beberapa perkembangan positifnya yaitu faktor harga komoditas luar negeri," ujarnya.

Kondisi tersebut, lanjutnya, cukup baik dan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi untuk lebih baik lagi di sejumlah daerah seperti Kalimantan dan Sumatera.

"Itu yang mendorong beberapa daerah yang mempunyai ekspor komoditas, dan kursnya cukup baik bagi eksporter sehingga mendorong konsumsi dan ekspor meningkat."

 

2 dari 2 halaman

Tekanan Ekonomi

Kendati demikian, ada juga beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab menurunnya angka pertumbuhan ekonomi yaitu tingginya belanja impor dibanding ekspor.

"Memang kalau lihat komposisinya faktor yang menurunkan adalah kenaikan impor yang lebih tinggi, sehingga net external demmand khusus konsumsi itu 4,9 persen. Tapi government spending cukup bagus, investment cukup bagus baik yang private maupun non-private." jelas dia.

Faktor yang lain adalah terkait dengan keuangan. Salah satunya angka pertumbuhan kredit yang rendah.

"Tapi itu faktor yang tahun lalu juga ada, seperti kredit yang rendah, mestinya kan harusnya naik sejak 2015, tapi kan tetap slow. Itu faktor yang masih continuing dan belum recover banget mengenai kreditnya."

Sementara itu, cadangan devisa saat ini diklaim masih memadai. "Cadangan devisa itu yang kita miliki masih jauh lebih cukup dari apa yang kita perlukan, tidak hanya untuk membayar impor dan utang luar negeri, tapi juga untuk memitigasi kemungkinan capital revearsal tadi."

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: