Sukses

Perry Warjiyo Resmi Jadi Gubernur BI, Ini Kata DPR

Perry Warjiyo resmi dilantik menjadi Gubernur Bank Indonesia pada Kamis, 24 Mei 2018.

Liputan6.com, Jakarta - Perry Warjiyo resmi menjadi Gubernur Bank Indonesia menggantikan Agus DW Martowardojo yang habis masa jabatannya. Pergantian orang nomor 1 di Bank Indonesia ini direspons positif oleh pasar.

Ini ditunjukkan dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mulai menguat sejak Kamis, 24 Mei 2018. IHSG pun ditutup di 5.975 pada Jumat pekan ini. Selain itu, rupiah terus menguat. Pada Jumat, 25 Mei 2018, posisi dolar Amerika berada di level 14.109 per dolar AS. Rupiah menguat dibandingkan dengan posisi sehari sebelumnya yang berada di 14.205  per dolar Amerika Serikat.

Anggota DPR pun menyambut baik tren penguatan IHSG dan nilai rupiah tersebut. Respons terhadap Gubernur BI yang baru membawa dampak positif bagi pasar.

"IHSG dan rupiah sudah dalam tren penguatan. Tren penguatan itu harus terus dijaga dalam rangka kestabilan ekonomi nasional," ujar anggota Komisi Keuangan DPR RI Maruarar Sirait kepada wartawan, Minggu  (27/6/2018).

Maruarar menilai, Perry mulai mengeluarkan kebijakan yang membumi dan diterima oleh pasar dengan baik. Sejak awal, DPR sudah melihat Perry mempunyai kematangan sebagai Gubernur BI yang sarat pengalaman.

Sebagai mantan Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo telah melalui kejadian krisis 1997, 1998, dan 2005, dan berbagai tahun gejolak ekonomi. Perry diyakini menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah belum pulihnya ekonomi global.

Maruarar memberi saran agar BI juga bisa mengecek pembelian-pembelian dolar di pasar apakah itu untuk perusahaan atau untuk spekulasi. Sementara kalau untuk kebutuhan perusahaan atau bisnis tidak ada masalah.

"Komukasi Perry dengan para stakeholder seperti dengan Presiden, Menkeu, OJK, LPS dan DPR harus terjalin secara baik,” ujar dia.

"Komunikasi juga dapat dilakukan terhadap kalangan dunia usaha seperti Kadin, HIPMI, Apindo dan juga asosiasi yang lain yang strategis seperti properti, ritel, otomotif dan lainnya," ucap Maruarar.

 

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Setelah dilantik Kamis lalu, Perry langsung menerapkan kebijakan moneter jangka pendeknya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Perry memprioritaskan kebijakan moneter untuk stabilisasi kurs dengan kombinasi suku bunga dan intervensi ganda.

Intervensi ganda tersebut menurut Perry yakni supply foreign exchange dan membeli surat berharga negara di pasar sekunder hingga Rp 50 triliun. Koordinasi dengan pemerintah maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan ditempuh sebagai langkah bersama untuk stabilkan kurs, yakni dengan lelang SBN, buyback, dan lainnya.

"Kami juga akan bertemu dengan perbankan dan dunia usaha yang banyak bergerak dalam devisa, untuk yakinkan mereka bahwa stabilitas nilai tukar rupiah itu penting dan BI komitmen juga perlu dukungan mereka," ujar dia.

Pelemahan nilai tukar rupiah, menurut Perry, dipicu oleh faktor eksternal dan dipengaruhi oleh persepsi pelaku pasar. Hal itu disebabkan adanya miskomunikasi antara regulator dan pelaku usaha. (Yas)

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: