Liputan6.com, Jakarta - Harga emas bergerak mendatar pada perdagangan Kamis meskipun nilai mata uang dolar Amerika Serikat (AS) tertekan. Selain itu, dipengaruhi pula karena meredanya kekhawatiran atas gejolak politik di Italia yang mampu mengangkat kurs Euro.
"Situasi (ketegangan politik) memudar. Kami tidak melihat banyak permintaan terhadap emas," kata Presiden Pasar Dunia di EverBank, Chris Gaffney.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari Reuters, Jumat (1/6/2018), dua partai anti-kemanapanan Italia berupaya membentuk pemerintah koalisi baru dan menghindari pemilihan umum atau pemilu yang ditakuti para investor yang akan berfungsi sebagai quasi-referendum keanggotaan Roma di zona Eropa.
Harga emas di pasar spot stagnan pada posisi USD 1.300,66 per ounce. Level tersebut turun hampir 1 persen pada bulan itu (Mei) menuju penurunan bulanan kedua berturut-turut.
Sementara harga emas berjangka AS untuk pengiriman Juni juga bergerak mendatar pada posisi USD 1.300,10 per ounce.
Harga emas mendapat tenaga sebelumnya karena penurunan dolar AS terhadap mata uang Euro. Sehingga harga emas lebih murah untuk investor non-AS. Obligasi Italia dan saham-saham di Eropa mencetak keuntungan.
Pengaruh lainnya yang mengerek harga emas sebelumnya adalah perang dagang antara AS dan negara lain. AS akan menjatuhkan tarif impor baja dan aluminium kepada Uni Eropa.
Uni Eropa tidak berharap adanya perang dagang. Namun akan merespons jika AS memberlakukan kebijakan tarif tersebut. Sementara China menegaskan siap melawan apabila ASÂ memulai perang dagang tersebut.
Â
Â
Menanti Data Ketenagakerjaan AS
Di sisi lain, investor juga menunggu data ketenagakerjaan AS yang akan rilis pada Jumat waktu setempat. Data ini bisa mencerminkan pertumbuhan upah dan berpengaruh pada inflasi.
Inflasi yang rendah bisa mendorong investor untuk membeli emas, namun jika sebaliknya, justru akan membuat The Fed lebih intensif untuk menaikkan suku bunga acuannya. Kondisi tersebut bisa merusak daya tarik emas.
Selain harga emas, harga perak malah turun 0,3 persen ke posisi USD 16,46 per ounce. Level tersebut berada pada arah kenaikan bulanan sekitar 1 persen, terbesar sejak Januari ini.
Advertisement