Sukses

Ada Midnight Sale, Penjualan Barang di Mal Bisa Naik 20 Persen

Penjualan barang atau ritel di mal diproyeksikan naik 10-20 persen di 2018.

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) memproyeksikan penjualan barang atau ritel di mal akan naik berkisar 10-20 persen pada tahun ini. Beragam event internasional akan mendongkrak pertumbuhan penjualan tersebut.

Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) APPBI, A Stefanus Ridwan mengaku sulit menargetkan petumbuhan jumlah pengunjung maupun penjualan barang di mal saat ini. Alasannya sekarang ini, penyebaran pengunjung tidak merata sehingga susah untuk diprediksi.

"Konsumsi atau daya beli tidak melambat, tapi tidak rata saja penyebarannya. Ada mal-mal tertentu yang jumlah pengunjungnya bisa naik 15-20 persen, tapi ada yang sepi. Jadi tidak jelas, susah prediksinya," kata dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Senin (4/6/2018).

Akan tetapi, Stefanus berharap, pertumbuhan penjualan barang atau ritel di mal naik 10-20 persen di 2018. Pendorong utamanya adalah beragam diskon yang ditawarkan merchant maupun mal, acara-acara internasional, seperti Asian Games, Festival Jakarta Great Sale (FJGS) 2018, Wonderful Indonesia Culinary and Shopping Festival, dan lainnya.

"Bisa lah 10-20 persen tahun ini. Asian Games yang berbarengan dengan FJGS 2018 di Agustus, lanjut lagi ada Wonderful Indonesia Culinary pada September-Oktober. Diteruskan dengan jelang akhir tahun," dia menjelaskan.

Saat ini, sedang berlangsung program belanja tengah malah atau midnight sale 2018 yang digelar di 23 mal di Jakarta. Periodenya mulai dari 1 Juni hingga 14 Juni dengan menawarkan diskon 10 persen sampai 50 persen.

Program midnight sale pada tahun-tahun sebelumnya selalu berbarengan dengan FJGS. Namun tahun ini, midnight sale lebih dulu diselenggarakan dalam rangka menyambut Lebaran 2018.

"Biasanya kalau midnight sale, penjualan ritel atau barang naik 10-20 persen. Kan UMP naik, dapat THR. Makanya libur Lebaran ditambah tuh senang sekali, pasti ini akan mendongrak orang untuk berbelanja, walaupun ada yang kontra sih," paparnya.

Dengan beragam acara maupun program menarik yang sudah disusun hingga akhir tahun, Stefanus meyakini bahwa minat masyarakat untuk berbelanja tidak akan mandek sampai di Lebaran saja. Usai hari raya pun, kembali bergairah.

"Kan setelah Lebaran dapat gaji lagi, belanja lagi. Jadi optimistis lebih baik dari tahun lalu," ujarnya.

 

2 dari 2 halaman

Tren Dulu dan Sekarang

Stefanus menjelaskan, masyarakat kini lebih senang mendatangi pusat perbelanjaan atau mal yang cocok dengan seleranya. Apalagi pengunjung mal sekarang ini didominasi kaum milenial.

"Makanya pengunjung mal sekarang tidak merata. Mereka lebih pilih yang cocok sama dirinya. Mal yang instragamable dan harga barang-barang yang dijual cocok juga sama kantong mereka, bukan artinya murah juga ya," jelasnya.

Tren ini, kata Stefanus, harus dilihat oleh para riteler maupun pengelola mal supaya pengunjung makin betah. Misalnya mengadakan acara-acara seru untuk menarik lebih banyak pengunjung.

"Mal sekarang berbenah, fungsinya bukan cuma tempat untuk jualan, tapi sekarang ada bioskop, tempat mainan anak, tempat show, kursus Bahasa Inggris, gym anak-anak. Kalau masih bertahan pada kondisi 10-20 tahun lalu, ya bisa enggak laku," pungkas Stefanus.