Sukses

Pasar Khawatirkan Ekspor Venezuela, Harga Minyak Dunia Melonjak

Harga minyak Brent melonjak hampir USD 2 ke posisi USD 77,32 per barel

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak melonjak pada perdagangan Kamis karena dipengaruhi kekhawatiran penurunan tajam ekspor dari Venezuela. Dorongan lainnya karena kekhawatiran negara-negara produsen minyak atau OPEC tidak dapat meningkatkan produksi minyak pada pertemuan bulan ini.

Dikutip dari Reuters, Jumat (8/6/2018), harga minyak mentah Brent berjangka yang menjadi patokan global ditutup naik hampir USD 2 atau tepatnya USD 1,96 per barel. Terangkat 2,6 persen ke posisi USD 77,32 per barel.

Sedangkan harga minyak AS West Texas Intermediate (WTI) mendaki USD 1,22 atau 1,88 persen menjadi USD 65,95 per barel.

Harga minyak dunia menanjak akibat kekhawatiran ekspor dari Venezuela. Kondisi ini terjadi karena dorongan pernyataan Menteri Energi Aljazair yang mengindikasikan bahwa OPEC akan fokus untuk menyeimbangkan pasar daripada memangkas produksi lagi.

"Mereka semua mendorong supaya Arab Saudi meningkatkan produksinya. Dengan penurunan harga lebih dari 10 persen, mereka mungkin mempertimbangkan kembali hal-hal mendekati pertemuan," kata Pengamat John Kilduff.

Venezuela yang merupakan anggota OPEC terancam kena sanksi Amerika Serikat (AS) di tengah gejolak krisis ekonomi negara tersebut. Berdasarkan data pengiriman, Venezuela tertinggal hampir satu bulan dalam pengiriman minyak mentah ke pelanggan dari pelabuhan ekspor minyak utamanya.

Angola juga mencatatkan penurunan produksi dengan cepat dari ladang minyak yang sudah uzur alias tua.

Penundaan dan penurunan produksi yang kronis di Venezuela ini dapat melanggar kontrak pasokan minyak PDVSA yang dikelola negara. Tanker menunggu untuk memuat lebih dari 24 juta barel minyak mentah, hampir sebanyak yang dikirimkan PDVSA pada April teronggok di luar pelabuhan minyak Venezuela.

 

2 dari 2 halaman

Prediksi

OPEC telah memangkas produksi sejak 2017 untuk mengurangi kelebihan minyak mentah dunia. Negara-negara produsen minyak akan kembali bertemu di Wina pada 22 Juni mendatang untuk membahas kebijakan pasokan minyak mentah.

Menteri Energi Aljazair, Mustapha Guitouni mengatakan bahwa yang terpenting saat ini adalah menyeimbangkan antara pasokan dan permintaan untuk menjamin stabilitas pasar minyak.

Sementara Anggota OPEC lain yakni Irak mengaku rencana peningkatan produksi belum ada di atas meja. Ini mengikuti permintaan AS agar Arab Saudi bisa meningkatkan output minyak mentah.

"Krisis ekonomi di Venezuela yang memburuk, bersamaan dengan ketegangan geopolitik di Timur Tengah akan tetap mendorong harga minyak. Tapi prospek untuk meningkatkan produksi dari OPEC dan dari AS akan membatasi kenaikan harga," kata Analis Senior Interfax Energy, Abhishek Kumar.