Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menjadi satu-satunya merek Indonesia yang masuk jajaran daftar 100 merek paling bernilai di dunia pada 2018.
Hal itu berdasarkan laporan WPP dan Kantar Millward yang merilis daftar peringkat merek paling bernilai di dunia bertajuk Brandz Top 100 most valuable global brands, seperti ditulis Jumat (8/6/2018).
WPP dan Kantar Millward merilis ada delapan merek yang jadi pendatang baru dalam daftar merek paling bernilai di dunia pada 2018. BCA termasuk merek yang jadi pendatang baru tersebut.
Advertisement
Baca Juga
BCA mencatatkan nilai merek USD 12,67 miliar pada 2018. BCA berada di posisi 99 untuk kategori 100 merek paling bernilai di dunia.Pendatang baru lainnya yang masuk jajaran merek paling bernilai di dunia antara lain Spectrum dengan nilai merek USD 39,37 miliar. Merek Spectrum berasal dari Amerika Serikat (AS).
Kemudian JD.Com yang berasal dari China catatkan nilai merek USD 20,93 miliar. Uber dengan nilai merek USD 16,04 miliar yang berasal dari AS.
Kemudian HP dengan nilai merek USD 14,79 miliar. Merek tersebut berasal dari AS. Diikuti SF Express dengan nilai merek mencapai USD 14,53 miliar yang berasal dari China. Perseroan tersebut bergerak di sektor logistic.
Kemudian Instagram dengan nilai merek USD 14,49 miliar. Merek Instagram berasal dari AS. Selanjutnya BCA yang merupakan bank asal Indonesia dengan nilai merek USD 12,67 miliar. Terakhir Adidas yang merupakan merek asal Jerman catatkan nilai merek USD 12,45 miliar.
Merek Bank China Paling Bernilai di Dunia
Sebelumnya, nilai merek bank dari China mampu mencatatkan pertumbuhan mencapai 22 persen pada 2018. Bahkan angka tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan nilai merek 500 bank terbesar di dunia yang hanya naik 10,2 persen menjadi US$ 1,18 triliun.
Mengutip laman brandfinance.com, seperti ditulis Selasa 6 Februari 2018, nilai merek The Industrial and Commercial Bank of China (ICBC) mencapai US$ 59,2 miliar. Nilai merek ICBC berada di posisi pertama pada 2018. Kemudian disusul posisi kedua dipegang oleh China Construction Bank. Nilai merek China Construction Bank mencapai US$ 56,8 miliar.
Posisi China Construction Bank naik peringkat ke posisi dua dari posisi ketiga dengan geser posisi bank asal AS yaitu Wells Fargo yang nilainya mencapai US$ 44,1 miliar. Posisi Wells Fargo turun ke posisi ketiga dengan pertumbuhan enam persen.
Merek bank paling berharga di dunia yaitu ICBC juga mencatatkan rating paling kuat di dengan posisi AAA+. Ini sebagai akibat dari krisis keuangan global 2008. ICBC telah menikmati pertumbuhan yang kuat dalam nilai mereknya. Hal itu juga dari fundamental ekonomi China yang kuat.
Merek bank China mendominasi 10 besar untuk merek bank paling berharga di dunia. Nilai merek Bank of China mendapatkan kenaikan 34 persen menjadi US$ 41,8 miliar. Sedangkan nilai merek Agricultural Bank of China tumbuh 31 persen menjadi US$ 37,3 miliar.
"Bank China makin meningkatkan dominasinya. Mereka punya performa bagus baik di Eropa, AS, dan Asia," ujar Editor the Banker Brian Caplen.
Sementara itu, merek bank asal AS yaitu American Bank naik 15 persen menjadi US$ 38,8 miliar. Sedangkan Bank of America naik 10 persen menjadi US$ 33,3 miliar. Namun, kenaikan nilai merek bank asal AS belum dapat mengikuti merek bank asal China yang melonjak.
China memperluasa keunggulannya di atas AS dalam daftar 500 bank besar global. Nilai merek bank China tumbuh 22 persen dari tahun lalu menjadi US$ 317 miliar. pertumbuhan ini berasal dari 45 bank China. AS masih tetap mencatatkan jumlah merek bank paling berharga di dunia yang cukup besar. Jumlahnya mencapai 76 merk bank.
Meski demikian, bank hadapi tantangan besar dari perusahaan teknologi antara lain Apple, Facebook, Google dan Amazon. Perusahaan teknologi menjadi tantangan ke sektor jasa keuangan tersebut dengan hadirnya layanan keuangan digital untuk konsumen dalam beberapa tahun terakhir. Setiap layanan bank perbankan tradisional hadapi tantangan perusahaan teknologi yang memberikan layanan multi saluran dan platform.
"Perusahaan teknologi besar sudah melanggar wilayah secara tradisional yang dilakukan oleh bank selama ini yaitu pembayaran dan pembiayaan. Apalagi didukung merek yang kuat. Facebook dan Google telah memiliki kekuatan merek yang berada di atas bank. Sekarang merek penantang berasal dari luar bank dengan nilai pelanggan yang hebat," ujar CEO Brand Finance, David Haigh.
Editor the Banker, Brian Caplen menuturkan, kini bank fokus pada kekuatan merek mereka melebihi sebelumnya. Hal itu mengingat ancaman dari perusahaan teknologi yang sangat kuat di China.
"Banyak bank telah melipatgandakan usaha mereka di ruang digital yang gabungkan investasi teknologi baru dengan strategi pemasaran sesuai generasi," kata Caplen.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement