Sukses

Konsumsi Listrik Turun, PLN Kurangi Pengoperasian Pembangkit

PLN memilih menghentikan pengoperasian PLTU untuk menghindari kerusakan mesin.

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) mengurangi pengoperasian pembangkit listrik di sistem kelistrikan Jawa dan Bali menjelang‎ dan saat hari raya Idul Fitri. Pengurangan pengoperasian pembangkut ini untuk menyesuaikan konsumsi listrik yang mengalami penurunan saat momen Lebaran.

General Manager PLN Pusat Pengatur Beban (P2B) Eko Yudo Pramono mengatakan, PLN memprioritaskan untuk mengurangi pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) pada sistem kelistrikan Jawa Bali. Rencananya, akan ada 17 unit pembangkit diistirahatkan dengan total kapasitas listrik yang berkurang mencapai 7.743 Mega Watt (MW).

"Kami harus men-standby-kan PLTU dengan target 7.743 MW. Jadi ada beberapa PLTU tidak kami operasikan,"‎ kata Eko, seperti yang dikutip di Jakarta, Selasa (12/6/2018).

PLTU yang akan diistirahatkan adalah PLTU yang dioperasikan PLN dan‎ produsen listrik swasta atau Independent Power Producer (IPP). Rata-rata PLTU yang tidak beroeprasi memiliki stok batu bara di bawah 10 hari.

"Rasio PLTU yang kami matikan lebih banyak dari yang hidup. Jadi yang kami operasikan sekarang yang punya stok batu bara di atas 10 hari‎," paparnya.

PLN memilih menghentikan pengoperasian PLTU untuk menghindari kerusakan mesin. Pasalnya, pembangkit tersebut memiliki keterbatasan minimal dalam memasok listrik, sementara konsumsi listrik saat Lebaran mengalami penurunan.

"PLTU dimatikan karena PLTU punya batasan operasi minimal. Kalau di bawah minimal mesinnya bisa rusak makanya kami lepas. Selain itu kami punya beban juga berkurang," tandasnya.

 

2 dari 2 halaman

Hilang Pendapatan

Sebelumnya, Eko juga mengungkapkan bahwa konsumsi listrik Jawa dan Bali turun saat Lebaran 2018 yang diperkirakan mencapai 17.519 Mega Watt (MW). Hal ini mengakibatkan kehilangan peluang penjualan sebesar Rp 2,036 triliun.

Daya mampu pasokan listrik Jawa Bali mencapai  33.639 MW, dalam kondisi normal beban puncaknya mencapai 24.194 MW sementara saat lebaran Idul Firi menurun menjadi 16.120 MW. 

"Berdasarkan pengalaman sebelumnya beban puncak turun hampir 50 persen," kata Eko.

Eko menuturkan, penurunan konsumsi listrik akan terjadi bertahap sejak H-4 Lebaran, hingga masyarakat kembali beraktivitas‎ normal. Akibat menurunya konsumsi listrik cadangan pasokal listrik Jawa Bali mencapai 50 persen.

"Ini punya cadangan 50 persen‎, kalau kita hitung untuk Jawa Bali," tutur dia.

Eko mengungkapkan, penurunan konsumsi listrik saat Lebaran 2018 diakibatkan libur dan mudik, sehingga aktivitas konsumen khususnya yang besar, seperti industri dan perkantoran banyak yang berhenti.

"Sumbang sistem Jawa Bali terbesar industri. Pergerakan waktu lebaran dari Jakarta ke daerah industri akan turun H-4 hari Senin, Sabtu, Minggu turun dia biasa, Senin biasa, Selasa turun sekitar 10 ribuan beban puncaknya," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: