Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak berbalik arah ke zona positif pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta). Sebelumnya, harga minyak sempat berayun di dua zona.
Pendorong kenaikan harga minyak adalah penurunan yang lebih besar dari perkiraan angka persediaan minyak di AS dan juga permintaan yang cukup besar dari konsumen mminyak utama dunia.
Mengutip Reuters, Kamis (14/62018), Di sesi awal, harga minyak Brent yang menjadi patokan harga dunia dan harga minyak mentah AS tertekan karena kekhawatiran peningkatan produksi di Amerika Serikat (AS) dan ekspektasi bahwa OPEC dan produsen lain akan mengendurkan langkah pemotongan produksi.
Advertisement
Baca Juga
Namun akhirnya, harga minyak mentah mampu naik karena kekhawatikran tersebut tidak terbukti.
Harga minyak mentah Brent ditutup naik 86 sen atau 1,1 persen ke level USD 76,74 per barel dan minyak mentah AS ditutup naik 28 sen 0,4 persen lebih tinggi pada USD 66,64 per barel.
Berdasarkan data the Energy Information Administration, persediaan minyak mentah di AS mengalami peurunan 4,1 juta barel pada pekan lalu. Angka ini jauh melebihi ekspektasi para analis yang memperkirakan penurunan persediaan di angka 2,7 juta barel.
Selain itu, pendorong kenaikan harga minyak lainnya adalah angka permintaan minyak olahan AS yang mengalami peningkatan dan mencapai rekor tertinggi di 9,9 juta barel dalam sepekan lalu.
"Metrik permintaan ini sungguh luar biasa," jelas analis energi Again Capital New York, John Kilduff.
Â
Pertemuan OPEC
Sebelumnya,  harga minyak bergerak campuran pada perdagangan Selasa. Pasalnya, investor menantikan pertemuan penting dari negara-negara pengekspor minyak yang tergabung dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) pada pekan depan.
Menurut laporan bulanan yang telah dirilis OPEC pada Selasa ini, ada ketidakpastian yang tinggi di pasar minyak global. OPEC dan negara penghasil minyak lainnya termasuk Rusia sudah memangkas produksi minyak sebesar 1,8 juta barel per hari sejak Januari 2017. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan permintaan pasar.
Dengan sanksi AS untuk memotong ekspor minyak Iran dan potensi penurunan lebih lanjut produksi minyak di Venezuela, Arab Saudi dan Rusia telah mengindikasikan bahwa mereka bersedia mendongkrak produksi guna menutupi kekurangan pasokan.
Sementara itu, produksi minyak AS diperkirakan naik dengan jumlah lebih rendah dari prediksi sebelumnya menjadi 11,76 juta barel per hari pada 2018, berdasarkan pernyataan Energy Information Administration (EIA) AS.
Dalam prospek energi bulanan yang diterbitkan EIA mengatakan, pertumbuhan konsumsi minyak ASpada tahun depan akan meningkat 530 ribu barel per hari menjadi 20,41 juta barel per hari. Naik dari perkiraan sebelumnya yang diharapkan meningkat 500 ribu barel per hari menjadi 20,38 juta barel per hari.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement