Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menepis tudingan yang menyebut bahwa biaya pembangunan moda transportasi Light Rail Transit (LRT) Palembang lebih mahal dibanding negara lain.
Budi mengatakan, untuk menghitung besaran biaya pembangunan LRT, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sangat berhati-hati. Bahkan Kemenhub melibatkan konsultan internasional dan instansi terkait agar pembiayaan proyek bisa efisien.
Advertisement
Baca Juga
Dia pun membatah tudingan bahwa biaya pembangunan LRT lebih mahal ketimbang negara lain. "Menurut yang saya sinyalir yang disampaikan tersebut tidak benar," kata Budi, di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Sabtu (23/6/2018).
Sekretaris Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkeretaapian Kementerian Perhubungan M Popik Montanasyah menambahkan, dalam proses pembangunan LRT Palembang sudah sesuai mekanisme yang telah ditetapkan dan perhitungan yang cukup cermat, bahkan hitungan biayanya jauh lebih hemat.
"Dari usulan semua angka kontraktor,kosultan terjadi penghematan penurunan, sisi kosntruksi LRT ini pengerjaannya beraga, pertama konstruksinya sistem yang dipakai kedua kondisi geografis lahan yang digunakan,"paparnya.
Perbandingan
Menurut Popik, terkait dengan perbedaan perhitungan harus dilakukan berdasarkan acuannya dan bukan dibandingkan negara lain yang membangun moda transportasi sejenis.
"Berkaitan perbedaan harga kita ambil acuaan semua biaya, tergantung kondisi, kita bandingkan dengan sejenis lebih murah," ucapnya.
Pembangunan LRT Palembang sepanjangan kurang lebih 23 kilometer (km) memakan biaya Rp 10,9 triliun. Moda transportasi tersebut dilengkapi dengan 13 stasiun, 1 depo dan 9 gardu listrik dengan menggunakan lebar jalur rel 1067 mm dan third rail electricity 750 VDC.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement