Sukses

Ekonom Indef Prediksi Inflasi Juni Rendah karena Permintaan Berkurang

Angka inflasi yang rendah selama periode Lebaran bukan karena upaya pemerintah dalam mengendalikan pasokan pangan, tapi lebih disebabkan pelemahan permintaan.

Liputan6.com, Jakarta Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara memprediksi inflasi  Juni berada di kisaran 0,3 persen.

Namun dia menilai, angka inflasi yang rendah selama periode Lebaran bukan karena upaya pemerintah dalam mengendalikan pasokan pangan, tapi lebih disebabkan pelemahan permintaan.

Bhima mengungkapkan, tahun ini dari sisi permintaan (demand pull inflation) masih landai. Inflasi inti Januari 2018 lebih tinggi dari inflasi inti Mei 2018. Padahal Mei masuk Ramadan.

"Analisisnya masih sama 20 persen pengeluaran atas yang kuasai 46 persen total konsumsi, kencederungannya masih saving belum mau belanja," kata Bhima saat dihubungi Merdeka.com, Minggu (24/6/2018).

Selain itu, Bhima menjelaskan, Tunjangan Hari Raya yang diperoleh oleh masyarakat juga lebih cenderung disimpan daripada dihabiskan sebab dalam waktu dekat akan memasuki tahun ajaran baru bagi anak sekolah.

"Ada THR memang yang dorong konsumsi, tapi sebagian PNS yang mendapat THR juga cenderung menyimpan uang untuk kebutuhan paska lebaran khususnya tahun ajaran baru sekolah," dia mengatakan.

Bhima menyatakan prediksi inflasi Juni sebesar 0,3 persen memang cenderung lebih rendah dari Juni tahun lalu.

Beberapa harga pangan meskipun ada pelemahan kurs masih cukup terkendali. Namun ada beberapa harga yang harus diwaspadai yaitu diantaranya pakan ternak ayam yang berimbas pada tingginya harga daging dan telur ayam.

"Karena (pakan ternak) impor jadi lebih mahal, transmisinya ke harga daging ayam ras sama telur naik," ujarnya.

 
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
2 dari 2 halaman

Harga Tiket Angkutan Mudik Bakal Pengaruhi Inflasi di Juni

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memperkirakan tingkat inflasi pada Juni 2018 akan berkisar antara 0,2 persen-0,25 persen. Hal ini hampir sama dengan perkiraan inflasi Bank Indonesia (BI) yang berada di angka 0,22 persen.

Dia mengungkapkan, inflasi yang terjaga relatif rendah tersebut lantaran harga bahan pangan selama Ramadan relatif terkendali.

"Ya memang antara 0,2 persen-0,25 persen. Karena harga-harga oke, beras oke, daging oke," ujar dia di kawasan Senayan, Jakarta, Senin (11/6/2018).

Darmin mengatakan, harga pangan yang sedikit mengalami kenaikan panjang bulan puasa hanya telur ayam. Namun kenaikannya tidak begitu signifikan.

"Yang mungkin sedikit harganya naik itu telur. Tapi Telur kan tidak banyak pengaruh," lanjut dia.

Namun demikian, yang tetap harus menjadi perhatian yaitu kenaikan harga tiket angkutan, khususnya pada periode mudik Lebaran. Jika harga tiket ini stabil, maka inflasi diperkirakan akan berada di bawah 0,25 persen.

"Yang harus kita perhatikan itu tiket pesawat. Kalau tiket angkutan darat biasanya tidak mudak lagi dimain-mainkan, didorong naik. Tapi kalau tiket pesawat itu bisa naik. Kalau harga tiket angkutan darat tidak ada lonjakan maka inflasi kita bulan Juni akan 0,2 persen-0,25 persen," tandas dia.

Video Terkini