Liputan6.com, Jakarta - Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli membongkar masalah yang membuat PT Garuda Indonesia (Persero) tak kunjung membaik. Ia pun memberikan solusi agar maskapai nasional tersebut bisa memiliki kinerja yang moncer.Â
Rizal menjelaskan, Garuda Indonesia terus mengalami kerugian dalam beberapa tahun terakhir. Ia mencatat pada 2014 Garuda rugi USD 399,3 juta. Pada tahun lalu juga mencatatkan kerugian USD 213,4 juta. Sedangkan untuk tahun ini kerugiannya diperkirakan mencapai USD 256 juta.
Masalah utama yang membuat Garuda terus mengalami kerugian adalah manajamen yang tidak benar. Menurutnya, pengangkatan direksi Garuda tidak berlandaskan kompetensi. Selain itu jumlah direksi terlalu banyak.
Advertisement
Baca Juga
"Manajemen juga tidak berani mengambil keputusan untuk pembatalan dan rescheduling pembelian pesawat-pesawat yang tidak diperlukan,"Â tutur dia, di Jakarta, Senin (25/6/2018).Â
Dengan berbagai ongkos operasional yang cukup tinggi, seharusnya manajemen terutama direksi Garuda harus berani pemotongan biaya via cross cutting, cross the board. Sayangnya, hal tersebut tidak dilakukan.
Cara yang dijalankan justru melakukan pemotongan anggaran di sektor training. Hal tersebut justru membahayakan. "Padahal bisnis penerbangan intinya adalah safety-nya ini, tambah dia.Â
Di luar itu, maskapai yang bernaung di bawah Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut juga memiliki strategi marketing yang amburadul.
"Yang seharusnya premium airline malah dicampur dengan strategi low cost carrier, seperti Citylink. Padahal Garuda disegani karena reputasi, safety yang tinggi, dan memiliki kualitas pelayanan terbaik di dunia," kata Rizal.
Â
Â
Pembenahan
Menurut Rizal, kerugian ini bisa dihilangkan jika ada rumusan strategi yang bagus. Ia pun memiliki beberapa masukan agar maskapai tersebut bisa untung kembali dalam waktu kurang dari dua tahun.
"Untuk itu sebagai prasyarat awal perlu dilakukan overhaul komisaris dan manajemen PT Garuda Indonesia Airways," kata dia.
Ia juga bercerita mengenai utang atas pembelian pesawat-pesawat Garuda yang mengandung markup alias penggelembungan harga pembelian pesawat. Markup tersebut sudah dilakukan sejak zaman Orde Baru. Kejahatan serupa juga terjadi pada BUMN lainnya seperti Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Di tangan Rizal, Odious Debt justru menjadi senjata dalam bernegosiasi terhadap pihak kreditor. Strategi itu berhasil, karena jika diungkap ke pengadilan internasional maka akan mempermalukan institusi terkait, bahkan akan mendapat hukuman karena masuk dalam ranah pidana.
Reporter:Â Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com
Â
Â
*Pantau hasil hitung cepat atau Quick Count Pilkada 2018 untuk wilayah Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Bali dan Sulsel. Ikuti juga Live Streaming Pilkada Serentak 9 Jam Nonstop hanya di Liputan6.com.
Advertisement