Sukses

Sempat Ditutup Akibat Erupsi Gunung Agung, Bandara Ngurah Rai Kembali Beroperasi

Bandara Ngurah Rai kembali beroperasi pukul 14.30 WITA

Liputan6.com, Jakarta - AirNav Indonesia menerbitkan NOTAM A 2552/18 kepada seluruh stakeholder penerbangan untuk menyampaikan beroperasinya kembali Bandara Ngurah Rai, Bali mulai pukul 14.30 WITA. Keputusan ini seusai rapat evaluasi penanganan dampak erupsi Gunung Agung.

Rapat ini dipimpin Kepala Kantor Otoritas Bandara Wlayah IV dan dihadiri seluruh stakeholder komunitas Bandara Ngurah Rai. Pada NOTAM sebelumnya, Bandara Ngurah Rai ditutup mulai pukul 03.00-19.00 WITA. 

"Diambil keputusan untuk membuka kembali penerbangan di Bandara Ngurah Rai mulai pukul 14.30 WITA," ujar Manager Humas AirNav Indonesia, Yohanes Sirait dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat (29/6/2018). 

Dalam rapat tersebut, Station Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar menyampaikan bahwa status VONA (Code Colour ORANGE) per pukul 16.00 UTC pada 28 Juni 2018. Selain itu, SIGMET ketinggian erupsi mencapai ketinggian 23.000 feet bergerak ke arah Barat Daya dengan kecepatan 15 Knots.

"Tidak ada indikasi sebaran VA menutup airspace bandara," ujar Yohanes. 

RGB Citra Satelit Cuaca Himawari pergerakan debu vulkanik terdeteksi ke arah Barat Daya. Berdasarkan data observasi Station Meteorologi Kelas I Ngurah Rai DPS tidak teramati adanya VA di Bandara Ngurah Rai (NIL VA).

Secara ploting (poligon) sebaran VA per pukul 13.25 WITA pada hari ini tidak menutupi koordinat Bandara Ngurah Rai.

Airnav Indonesia Cabang Denpasar menyampaikan bahwa pemanduan penerbangan atau pelayanan lalu lintas udara dari atau ke Bandara Ngurah Rai secara taktikal dengan menghindari Ploting Area (poligon) sebaran VA yang dapat membahayakan keselamatan penerbangan. Jika dilakukan open aerodrome pelayanan lalu lintas udara tidak ada masalah.

 

2 dari 2 halaman

Gunung Agung Siaga 3, Bali Tetap Aman Dikunjungi

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan Gunung Agung di Bali berstatus siaga atau level 3. Ini setelah Gunung Agung kembali mengalami erupsi pada Kamis malam (27/6/2018). Meski demikian, Bali dinilai masih aman untuk dikunjungi masyarakat.

Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudi Suhendar mengatakan, setelah hampir 24 jam aktivitas vulkanik Gunung Agung mengalami peningkatan letusan embusan, sejak empat jam terakhir diinformasikan frekuensi dan amplitudo erupsi Gunung Agung telah menurun drastis.

"Pada 27 Juni 2018, pukul 22.00 Wita terjadi erupsi pertama yang membuka rekahan di dasar kawah menjadi lebih besar. Rekahan tersebut menjadi jalan terjadinya erupsi secara terus-menerus, hingga pukul 12.00 Wita esok harinya. Namun, sejak pukul 01.00 dini hari tadi frekuensi dan erupsi Gunung Agung sudah menurun drastis,” kata Rudi, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (29/6/2018).

Rudi menjelaskan, intensitas emisi abu teramati mengalami penurunan yang ditunjukkan dengan warna asap yang teramati dominan berwarna putih. Penurunan intensitas emisi abu mengindikasikan bahwa sistem telah terbuka.

Embusan asap putih yang masih teramati saat ini berasal dari aktivitas efusi lava‎.‎ Fenomena emisi gas dan abu yang terjadi secara menerus dari kemarin hingga saat ini, merupakan bagian dari erupsi yang terjadi secara efusif yaitu berupa aliran lava segar ke dalam kawah, sehingga menciptakan pertumbuhan kubah lava. Laju penambahan volume lava belum dapat diketahui dan masih menunggu informasi dari citra satelit.

Berdasarkan analisis data secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa hingga saat ini aktivitas Gunung Agung masih berada dalam level 3 atau siaga. Atas penetapan tersebut maka Badan Geologi menyatakan Bali tetap aman dikunjungi, karena abu erupsi melayang di udara ketinggian 15 ribu feet.Namun saat ini Pulau Dewata tersebut belum bisa diakses transportasi udara, karena lalu lintas udara masih tertutup abu.

"Abunya di Karangasem sendiri yang dekat (dengan Gunung Agung) tidak banyak,‎ itu melayang di udara," tuturnya.

Namun, dia mengimbau m‎asyarakat di sekitar Gunung Agung dan wisatawan untuk tidak berada, di zona perkiraan bahaya di seluruh area di dalam radius 4 km dari Kawah Puncak Gunung Agung.

‎Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung diminta mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder, berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak.

"‎Masyarakat agar tetap tenang, tapi tetap menjaga kesiapsiagaan karena aktivitas Gunung Agung belum kembali normal," tuturnya.

Badan Geologi melalu Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi akan terus memonitor aktivitas Gunung Agung, untuk mengevaluasi potensi ancaman bahaya erupsi antar waktu. Jika terjadi perubahan yang signifikan maka status aktivitas Gunung Agung atau pun rekomendasinya dapat dievaluasi kembali.

"Masyarakat diminta untuk tetap tenang, karena letusan embusan yang terjadi tidak serta merta meningkatkan status Gunung Agung tersebut," katanya.