Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini. Pelaku pasar masih mencermati perkembangan perang dagang.
Mengutip Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), Senin (2/7/2018), rupiah dipatok di angka 14.331 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan pada Jumat kemarin yang ada di angka 14.404 per dolar AS.
Advertisement
Baca Juga
"Pelaku pasar masih mencermati perkembangan dari potensi terjadinya perang dagang antara AS dan China sehingga permintaan akan mata uang safe haven masih lebih besar," kata analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada dikutip dari Antara, Senin (2/7/2018).
Pelaku pasar tengah menantikan sentimen dari dalam negeri terutama rilis data-data ekonomi di awal bulan.
Dari dalam negeri sendiri memang belum ada sentimen terbarukan selain dari kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia yang memang ditunggu pelaku pasar.
Adanya pernyataan Menko Perekonomian, Darmin Nasution, bahwa kenaikan tersebut mengikuti perkembangan global yang ada dan antisipasi terjadinya capital outflow cukup direspons positif.
"Di sisi lain, pergerakan Euro yang menguat setelah adanya kesepakatan terkait imigran turut diharapkan berimbas positif pada pergerakan Rupiah," ujar Reza.
Â
Suku Bunga BI
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) Bulanan yang berlangsung dua hari, pada 28 sampai 29 Juni memutuskan kembali menaikkan suku bunga acuan menjadi 5,25 persen. Â
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, Dewan Gubernur memutuskan untuk menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 4,5 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 50 bps juga menjadi 6 persen.
"Keputusan ini berlaku efektif hari ini 29 Juni 2018," jelas dia di Gedung Bank Indonesia, Jumat (29/6/2018).
Menurut Perry, kebijakan tersebut merupakan langkah lanjutan BI untuk secara preventif dalam rangka menjaga daya saing pasar keuangan domestik terhadap perubahan kebijakan moneter sejumlah negara dan ketidakpastian pasar kuangan global yang masih tinggi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement