Liputan6.com, London - Harga emas tergelincir ke posisi terendah dalam lebih dari enam bulan pada hari Senin seiring dengan penguatan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang konsumen utama. Penguatan dolar AS membuat emas menjadi lebih mahal karena logam mulia ini dijual dalam dolar AS.
Dilansir dari Reuters, Selasa (4/7/2018), kekhawatiran akan perang dagang antara AS dan China telah menekan renminbi China ke posisi terlemahnya dalam tujuh bulan terhadap dolar.
Advertisement
Baca Juga
Rupee India juga mendekati rekor terendah terhadap dolar, yen Jepang berada pada titik terlemahnya sejak pertengahan Mei dan nilai euro terkikis oleh potensi konflik kebijakan migrasi untuk membobol pemerintah Jerman. Faktor lain yang mendongkrak dolar AS adalah membaiknya data manufaktur AS.
Harga emas di pasar spot turun 0,4 persen menjadi USD 1.246,89 per ounce pada hari Senin, terlemah sejak awal Desember. Sementara itu harga emas berjangka AS untuk pengiriman Agustus turun 0,5 persen menjadi USD 1.248,70 per ounce.
"Ini tampaknya menjadi badai emas yang sempurna," kata analis Societe Generale, Robin Bhar.
Â
Pertemuan The Fed
Investor juga menanti hasil pertemuan Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) Juni yang akan dirilis pada Kamis, 5 Juli mendatang dan data ketenagakerjaan AS pada hari Jumat. Hasil positif dari The Fed atau angka pekerjaan yang kuat kemungkinan akan mendorong kenaikan suku bunga AS.
Hal itu bisa mendorong harga emas lebih rendah karena tingkat yang lebih tinggi cenderung memperkuat dolar dan juga meningkatkan imbal hasil obligasi, mengurangi daya tarik terhadap emas.
Harga logam mulia lainnya yaitu perak turun 1,2 persen menjadi USD 15,88 per ounce setelah mencapai USD 15,81, terendah dalam enam setengah bulan. Platinum turun 1,9 persen menjadi USD 831,49 per ounce setelah menyentuh terlemah sejak Januari 2016 di USD 828,5 per ounce, sementara Palladium turun 1,4 persen menjadi USD 939,5.
Advertisement