Sukses

Lion Air Batalkan Penerbangan ke Bandara Banyuwangi dan Jember

Lion Air Grup membatalkan penerbangan maskapainya ke Bandara Banyuwangi dan Bandara Jember hari ini akibat terdampak erupsi Gunung Agung, Bali.

Liputan6.com, Jakarta - Lion Air Grup membatalkan penerbangan maskapainya ke Bandara Banyuwangi dan Bandara Jember hari ini. Hal tersebut menyusul ditutupnya kedua bandara tersebut akibat terdampak erupsi Gunung Agung, Bali.

Corporate Communications Strategic Lion Air Grup, Danang Mandala Prihantoro mengatakan, pihaknya telah mengeluarkan pemberitahuan terkait dengan pembatalan tersebut. Status ini berlaku hingga adanya pemberitahuan lebih lanjut, sambil menunggu perkembangan di lapangan.

"Untuk dampak di Banyuwangi dan Jember, status cancel hari ini sampai pemberitahuan lebih lanjut," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Selasa (3/7/2018).

Dia menjelaskan, untuk kedua bandara tersebut, Lion Air Grup mengoperasikan Wings Air, dengan rute Surabaya-Banyuwangi PP dan Surabaya Jember PP. Penerbangan hanya sebanyak satu kali setiap hari.

"Saat ini Lion Air Grup yang dioperasikan oleh Wings Air memiliki penerbangan Surabaya-Banyuwangi 1 kali setiap hari PP, Surabaya-Jember 1 kali setiap hari PP," tandas dia.

2 dari 2 halaman

Penutupan 2 Bandara

AirNav Indonesia menyatakan perpanjangan penutupan (bandara) Notohadinegoro hingga pukul 15.00 WIB. Hal itu sesuai NOTAM C7025/18 karena dampak erupsi Gunung Agung.

“Perpanjangan penutupan ini setelah melihat perkembangan sebaran abu vulkanik dan arah angin. Adapun Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali sampai saat ini masih beroperasi normal,” ujar Yohanes Sirait Manager Humas AirNav Indonesia, dalam keterangan tertulis, Selasa (3/7/2018).

Ia menuturkan, observasi akan dilakukan secara terus menerus dengan pemangku kepentingan penerbangan lainnya. Tak hanya Bandara Jember, Bandara Banyuwangi juga ditutup hingga sore.

Gunung Agung erupsi lagi. Kali ini erupsi terjadi pukul 21.04 Wita. Berdasarkan pantauan dari Pos Pengamatan, tinggi kolom abu yang teramati ± 2.000 meter di atas puncak Gunung Agung.

"Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang condong ke arah barat. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 24 mm dan durasi ± 7 menit 21 detik," demikian keterangan tertulis yang diterima dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Senin (2/7/2018).

Dalam laporan PVMBG, disebutkan erupsi terjadi secara strombolin dengan suara dentuman. Lontaran lava pijar teramati ke luar kawah mencapai jarak 2 kilometer.

Saat ini, Gunung Agung berada pada status Siaga atau level III. PVMBG mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki, pengunjung, wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apa pun di zona perkiraan bahaya yaitu di seluruh areal di dalam radius 4 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung.

Zona perkiraan bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang paling aktual atau terbaru.

"Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di areal puncak," sebut PVMBG.