Sukses

Ini Kebijakan Sri Mulyani yang Positif di Mata Rizal Ramli

Rizal Ramli menegaskan bahwa semua kritik yang dia lancarkan semata-mata demi pengelolaan keuangan negara yang lebih baik.

Liputan6.com, Jakarta Ternyata tak semua kebijakan Menteri Keuangan (Menkeu)( Sri Mulyani mendapat kritikan dari Ekonom Rizal Ramli. Kebijakan pemerintah yang dinilai pro rakyat ditanggapi positif.

"Kebijakan yang positif itu beasiswa untuk anak-anak Indonesia," ungkapnya dalam diskusi, di JCC, Jakarta, Selasa (3/7/2018).

Pada kesempatan yang sama, pria yang biasa disapa RR ini menegaskan bahwa semua kritik yang dia lancarkan semata-mata demi pengelolaan keuangan negara yang lebih baik.

Dia mengatakan jika kritik yang sering  dilontarkan sama sekali tidak mengganggu atau mempengaruhi hubungan pribadi antara dia dan Sri Mulyani.

"Jadi harus dipisahkan (antara kritik terhadap kebijakan dengan hubungan pribadi). Individu nggak masalah. Kita salam-salaman. Secara personal dia (Menkeu Sri Mulyani) oke," tandasnya.

Reporter: Wilfridus Setu Umbu

Sumber: Merdeka.com

2 dari 2 halaman

Ingin Jadi Negara Maju, RI Jangan Bergantung pada IMF dan Bank Dunia

Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menyatakan, Indonesia harus lepas ketergantungan dua lembaga keuangan internasional, yaitu International Monetery Fund (IMF) dan Bank Dunia jika ingin menjadi negara maju.

Rizal mengungkapkan, negara-negara yang ekonominya mampu tumbuh tinggi tidak pernah mengandalkan utang dari IMF dan Bank Dunia. Sebagai contoh Jepang dan China yang selama puluhan tahun ekonominya mampu tumbuh 12 persen.

"Negara-negara yang maju di Asia Tenggara. Jepang setelah perang dunia 12 persen selama 20 tahun. China tumbuh 12 persen selama 25 tahun, karena tidak pakai memakai cara-cara Bank Dunia, IMF, tidka mengandalkan utang. China utangnya tidak ada, kecuali domestik," ujar dia di Jakarta, Selasa (3/7/2018).

Menurut Rizal Ramli, meski sama-sama terkena krisis ekonomi, saat ini pendapatan per kapita negara-negara di Asia sudah jauh lebih tinggi dari Indonesia. Bahkan pendapatan per kapita Thailand sudah dua kali lebih besar dari Indonesia.‎

"Kita tidak pernah jadi hebat, pertumbuhan kita sedang. Tahun 1967 semua di Asia pendapatnya USD 100. China lebih miskin dari kita, USD 50 per orang. Hari ini korea USD 35 ribu 10 kali dari kita, Thailand 2 kali kita, Malaysia 3 kali kita, Taiwan 6 kali kita," jelas dia.

Â