Sukses

Anwar Ibrahim Paparkan Peluang Kerja Sama Bisnis RI dan Malaysia

Anwar Ibrahim membagikan pandangannya terkait relasi bisnis antara Indonesia dan Malaysia mengingat ada kemiripan kultur antara dua negara.

Liputan6.com, Jakarta - Politisi Malaysia Datuk Seri Anwar Ibrahim membagikan pandangannya soal relasi bisnis antara Indonesia dan Malaysia. Hal itu disampaikan Anwar Ibrahim saat menjadi pembicara dalam forum kepemimpinan yang diselenggarakan Executive Center for Global Leadership (ECGL) di Jakarta pada Rabu (4/7/2018). 

Pada kesempatan ini, Anwar lebih dominan membicarakan politik, dan ia pun menyebut sudah memaafkan Najib Razak. Akan tetapi, ia tak memiliki kuasa memberi maaf terkait skandal korupsi yang mendera Razak. Anwar sedikit membahas masalah ekonomi Indonesia dan Malaysia.

Dalam sesi tanya jawab, Anwar membagikan pandangannya terkait relasi bisnis antara Indonesia dan Malaysia mengingat ada kemiripan kultur antara dua negara.

Salah satunya adalah kerja sama atas industri halal antara dua negara, namun Anwar meningatkan juga akan pentingnya investasi di bidang-bidang lain.

"Saya setuju kita harus perhatikan produk-produk halal yang sedang berkembang, tetapi juga di bidang lain, seperti service industry," kata Anwar.

Anwar Ibrahim pun menyebut kerja sama antara dua negara dapat diperkuat, asalkan dua pemerintah negara bisa satu pikiran, terutama dari segi kepemimpinan. "Umpamanya kerja sama Pertamina Petronas, jadi itu pemerintah harus sepaham," ujar dia.

Sebelumnya, PM Malaysia Mahathir Mohamad juga sempat membicarakan investasi di Indonesia saat bertemu Tanri Abeng, Ketua EGCL sekaligus Menteri Negara Pendayagunaan BUMN.

 

2 dari 2 halaman

Anwar Ibrahim: Saya Memaafkan Najib Razak dan Mahatir Mohamad

Sebelumnya, Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, angkat bicara soal sejumlah dinamika politik dan hukum yang tengah terjadi di negerinya.

Hal itu ia utarakan kala menyampaikan pidato kunci dalam The ECGL Leadership Forum 2018, di Hotel Fairmont, Jakarta, pada Rabu 4 Juli 2018. Dalam kesempatan tersebut, Anwar berkomentar tentang hubungannya dengan Perdana Menteri Mahathir Mohamad.

Ia juga membahas secara khusus tentang mantan PM Najib Razak, yang kini menjadi terdakwa kasus megakorupsi 1Malaysia Development Berhad atau 1MDB.

Tentang hubungannya dengan sang PM Malaysia yang kini tengah menjabat, Anwar membicarakan mengenai "perselisihan" dengan Mahathir pada masa lalu, dan bagaimana sekarang ia telah "memaafkan" pria berusia 92 tahun itu.

"Pada suatu kesempatan setelah saya bebas dari penjara (pada 16 Mei 2018), saya pernah berbicara kepada Mahathir. Saya bilang kepada Beliau, 'saya dan Anda (Mahathir) sudah berselisih sengit selama 20 tahun terakhir'," Anwar bercerita dalam pidatonya.

"Saya lanjut katakan ke Pak Mahathir: tapi kini saya sudah memaafkan Anda ... Ini demi negara, dan sekarang, saya berharap kita berdua bisa sukses demi Malaysia," jelasnya.

Anwar juga menjelaskan bahwa Mahathir mengaku "lega" mendengar hal tersebut.

"Ia (Mahathir) berjanji akan memberikan ruang sepenuhnya kepada saya demi melanjutkan agenda reformasi, hukum, dan ekonomi," ucap mantan pemimpin oposisi ini.

Sementara itu, berkomentar mengenai hubungannya pada masa lalu dengan mantan Perdana Menteri Najib Razak, Anwar juga telah memaafkan pria yang kini menjadi terdakwa kasus megakorupsi 1MDB itu.

"Pemenjaraan saya selama 3,5 tahun itu (sejak 2015) terjadi atas keputusan Pak Najib dan pada masa pemerintahannya. Tapi kini, saya secara pribadi memaafkan Beliau," ujarnya.

"Dan saya harap, Beliau (Najib), yang saat ini tengah terjerat tuduhan korupsi 1MDB, mendapatkan proses hukum yang adil. PM Mahathir pun telah menjanjikan itu terhadap proses hukum Najib Razak."

Lebih lanjut, Anwar mengatakan sambil bercanda, "Meski demikian, ketika dulu saya terjerat kasus, proses hukum yang adil tidak dijanjikan (oleh pemerintah Malaysia) kepada saya," ucapnya diiringi tawa dari para peserta forum The ECGL Leadership Forum 2018 di Jakarta.

Anwar Ibrahim mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Sungai Buloh, Malaysia, sejak Februari 2015--pada masa pemerintahan PM Najib Razak--usai menerima vonis 5 tahun penjara atas kasus sodomi terhadap mantan asisten pribadinya.

Kala itu, kasus tersebut dinilai sarat kontroversi. Beberapa pihak menyebutnya sebagai "peristiwa yang dibuat-buat" oleh lawan politiknya, guna mendiskreditkan Anwar Ibrahim dalam kancah perpolitikan Malaysia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Â