Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) tengah menyiapkan dua skema penyaluran gas Elpiji 3 kilogram (kg) subsidi untuk masyarakat. Kedua skema tersebut yakni dengan mengenakan barcode dan penerapan sistem kartu.
Hal itu dilakukan agar pendistribusian gas subsidi bisa tersalurkan dengan baik kepada tangan yang tepat.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan, dengan keberadaan barcode pihaknya dapat lebih mudah mengawasi penyebaran gas melon tersebut.
Advertisement
"Barcode ini merupakan cara Pertamina dalam memonitor dan mengawasi distribusi dari elpiji itu sendiri," ujar dia di Jakarta, Rabu (4/7/2018).
Dengan skema ini, ia menambahkan, setiap tabung gas akan ditempelkan barcode yang berbeda, sehingga mampu mendeteksi pembeli yang berasal dari golongan tak berkecukupan atau tidak. Hal itu karena sudah terintegrasi dengan sistem informasi dan teknologi milik pemerintah.
Sementara pada penerapan sistem kartu, Nicke melanjutkan, skema ini dapat disinergikan dengan komoditas bersubsidi lain yang menjadi program pemerintah. Nantinya, masyarakat yang hendak membeli gas Elpiji 3 kg subsidi diwajibkan untuk menunjukan sebuah kartu khusus.
Dia menyampaikan, Pertamina akan meniru apa yang telah dilakukan Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) dalam menyalurkan beras subsidi.
"Bulog juga melakukan itu untuk beras. Penerapan barcode atau kartu tidak masalah karena itu memudahkan dalam pemberian subsidinya," pungkas dia.
Pertamina Prediksi 20 Persen Pemakai Elpiji 3 Kg Beralih ke Nonsubsidi
PT Pertamina (Persero) hendak mendorong para pemakai gas Elpiji 3 kg subsidi yang dari golongan menengah ke atas untuk beralih menggunakan Elpiji 3 kg non-subsidi. Sebelumnya, Pertamina telah coba memasok sebanyak 5 ribu paket gas non-subsidi ke Jakarta dan Surabaya.
Direktur Pemasaran Retail PT Pertamina (Persero), Mas'ud Khamid mengatakan, banyak warga mampu yang terpaksa memakai gas Elpiji 3 kg subsidi lantaran kurangnya pasokan gas Elpiji 3 kg non-subsidi di pasaran.
"Ini bukan mau ambil pasar, tapi banyak orang mampu demand gas Elpiji 3 kg karena barangnya (gas Elpiji 3 kg non-subsidi) enggak ada," ujar dia di Jakarta, Rabu (4/7/2018).
Baca Juga
Dengan upaya ini, diproyeksikan sekitar 10-20 persen pengguna gas Elpiji 3 kg subsidi, khususnya dari warga mampu, bakal beralih ke gas Elpiji 3 kg non-subsidi.
Adapun saat ini pertumbuhan konsumsi gas Elpiji 3 Kg subsidi telah naik lima persen dibanding tahun lalu. Mas'ud menargetkan, penggunaan gas tersebut akan naik sebesar 0,3 juta metrik ton sampai akhir 2018.
Dia melanjutkan, Pertamina sebelumnya telah menyiapkan penyebaran 5 ribu gas Elpiji 3 kg non-subsidi, dengan 3.500 di antaranya untuk di Jakarta dan 1.500 di Surabaya. Selanjutnya, gas tersebut akan didistribusikan ke tempat lainnya seperti di Bali.
"Ini uji coba dulu, tes market, melihat perilaku market, sistem distribusi kita. Sehingga jalan bareng yang melon hijau (Elpiji 3 kg subsidi) dan melon pink (Elpiji 3 kg non-subsidi)," tutur dia.
Â
Advertisement