Sukses

5 Gaya Anak Milenial saat Jadi Pemimpin

Penasaran bagaimana kaum milenial kalau jadi sebagai pemimpin? Cek lima ciri-cirinya di sini.

Liputan6.com, Jakarta - Banyak generasi tua yang mengaku penasaran dengan Kaum Milenial. Para perusahaan pun berupaya untuk memahami muda-muda kelahiran awal tahun 80-an sampai akhir 90-an ini.

Bila mau jujur, salah satu yang terkenal dari Kaum Milenial sebagai pegawai adalah tendensi mereka untuk mencari pengalaman dengan cara pindah-pindah kerja. Milenial pun selalu berusaha "woke" (sadar) seputar isu-isu humaniora yang tersebar di media sosial.

Namun, sekarang Milenial sudah ada yang menginjak usia 30 tahun.  Sudah tiba saatnya bagi mereka mengambil tampuk kepemimpinan.

Lantas, sebetulnya apa saja nilai-nilai yang dianut Kaum Milenial dan mereka integrasikan dengan gaya kepemimpinan di kantor, startup, atau organisasi yang mereka pimpin?

Dilansir dari business.com, inilah lima gaya kepemimpinan yang mewarnai tenaga kerja modern, yakni para Milenial.

2 dari 6 halaman

1. Inovatif

Mayoritas Kaum Milenial tumbuh dewasa saat memasuki era smartphone. Sebut saja sosok Steve Jobs yang terus-terusan mengedepankan inovasi. Ide Jobs menggema dan menginspirasi banyak orang, terutama generasi muda saat itu, yakni Kaum Milenial.

Pemimpin inovatif memiliki fokus pada gambaran besar dengan tujuan menciptakan hal besar selanjutnya, dan untuk itu dibutuhkan pengambilan risiko yang besar.

Kaum Milenial tidak akan menitikberatkan pada protokol dan proses yang berbelit-belit. Mereka lebih mendorong kesuksesan lewat pendekatan yang tidak biasa. Inilah yang memunculkan berbagai start up yang sedang populer. Kebanyakan startup juga cenderung fleksibel, dan mencari pendanaan dari investor lewat mempromosikan ide-ide mereka.

Maka dari itu, pihak pemerintah harus selalu menyadari perkembangan inovasi. Sebab, akan disayangkan bila birokrasi rumit malah menghalangi inovasi dan bisnis.

3 dari 6 halaman

2. Pemimpin yang Membantu

Nilai lainnya yang dimiliki pemimpin Kaum Milenial adalah makin pendeknya power gap atau jarak kekuasaan. Mereka pasti lebih mencoba memahami kebutuhan bawahannya, baik dari segi kebahagiaan dn kesuksesan.

Dengan mengenal lebih dekat pegawai mereka, para pemimpin Milenial bisa mendorong bawahan mereka dalam meraih tujuan. Hal itu dapat diusahakan oleh perusahaan lewat program mentorship, pelatihan perusahaan, serta pendidikan berkelanjutan.

4 dari 6 halaman

3. Pakai Empati

Masalah pemimpin yang memakai empati memang masih memicu berbagai pendapatan. Ada yang bilang empati dalam kepemimpinan bisa memancing keputusan yang buruk, dan ada yang bilang empati adalah kemampuan esensial dalam memimpin.

Terlepas dari pro dan kontra, pemimpin Milenial akan mengedepankan komunikasi dengan cara mendengarkan dan memahami pegawai. Tujuannya agar meningkatkan kualitas kultur di tempat kerja dalam rangka mendapatkan produktivitas dan sukses.

5 dari 6 halaman

4. Komitmen pada Perbedaan

Diversity atau keanekaragaman merupakan konsep yang sedang populer di kalangan perusahaan besar. Misal, Google dan Apple adalah contoh perusahaan yang mendukung diversity.

Meraih diversity bisa dilakukan dengan cara mempekerjakan bermacam orang dengan latar belakang kehidupan yang berbeda-beda. Hasilnya, akan ada pemahaman terbaru serta sudut pandang yang lebih segar.

Tidak aneh pula bila makin banyak perusahaan-perusahaan yang aktif mendukung isu-isu sosial seperti melawan diskriminasi di berbagai aspek kehidupan.

6 dari 6 halaman

5. Peduli Kebugaran

Kaum Milenial juga aktif memperhatikan isu kesehatan dan kebugaran diri. Tidak hanya perusahaan olahraga seperti Nike, perusahaan terkenal seperti Microsoft dan Google juga fokus pada olahraga.

CEO Facebook Mark Zuckerberg juga mengakui pentingnya memiliki tubuh yang bugar. Kesehatan juga tidak sebatas pada olahraga fisik, tetapi juga termasuk keseimbangan kehidupan kerja dan rumah.