Sukses

Awal Pekan, Rupiah Menguat Tipis ke 14.323 per Dolar AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.323 per dolar AS hingga 14345 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Senin ini. Rupiah berpotensi kembali melemah jika kekhawatiran perang dagang terus menggelayuti investor.

Mengutip Bloomberg, Senin (9/7/2018), rupiah dibuka di angka 14.343 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.375 per dolar AS. Namun sesaat kemudian, rupiah mampu menguat ke level 14.341 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.323 per dolar AS hingga 14345 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 5,78 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate ( Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.332 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan pada Jumat lalu yang ada di angka 14.409 per dolar AS.

Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan masih adanya potensi pelemahan pada dolar AS, terutama dengan adanya pelemahan pada beberapa data ekonomi AS, membuat rupiah kembali bergerak naik.

"Masih meningkatnya klaim pengangguran yang dibarengi dengan tingginya angka pengangguran dan kenaikan angka inflasi serta pertumbuhan angka gaji di bawah perkiraan sebelumnya diharapkan dapat menjadi faktor penyeimbang untuk mempertahankan rupiah di zona hijaunya," ujar Reza dikutip dari Antara.

Kurs rupiah hari ini diperkirakan bergerak di kisaran 14.378 per dolar AS hingga 14.359 per dolar AS.

Akhir pekan lalu rupiah nilai tukarnya melampaui target resisten 14.395 per dolar AS menuju ke 14.365 per dolar AS sampai 14.363 per dolar AS, sementara pasar mengkhawatirkan imbas perang dagang yang dapat meningkatkan permintaan mata uang safe haven.

2 dari 2 halaman

Stabilkan Rupiah, Cadangan Devisa RI Tergerus USD 3,1 Miliar

Bank Indonesia (BI) merilis posisi cadangan devisa Indonesia akhir Juni 2018 sebesar USD 119,8 miliar, atau turun USD 3,1 miliar dari Mei 2018 sebesar USD 122,9 miliar.

Penurunan cadangan devisa pada Juni 2018 terutama dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Agusman mengatakan, meskipun lebih rendah dibandingkan posisi Mei, cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor serta cukup untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah.

"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 6,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah," ujar Agusman melalui siaran pers, Jakarta, Jumat (6/7/2018).

Cadangan devisa tersebut juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

"Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai didukung keyakinan terhadap stabilitas dan prospek perekonomian domestik yang tetap baik, serta kinerja ekspor yang tetap positif," terangnya. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: