Liputan6.com, Jakarta - Demi ikut serta dalam menjaga lingkungan, Starbucks mengumumkan rencana mereka untuk menghentikan pemakaian sedotan plastik di gerai mereka.
Hal ini diungkapkan pihak Starbucks di situs resmi mereka. Menyetop pemakaian sedotan disebut sebagai respons atas permintaan dari mitra dan konsumen mereka.
Advertisement
Baca Juga
"Langkah ini adalah jawaban dari mitra kami terkait apa yang bisa kami lakukan untuk mengurangi pemakaian sedotan. Tidak memakai sedotan adalah hal terbaik yang bisa kami lakukan demi lingkungan " ucap Colleen Chapman, wakil presiden Starbucks padadampak sosial global.
Starbucks juga sedang gencar mengajak pelanggan untuk ikut gerakan BYOT (Bring Your Own Tumbler, Bawa Sendiri Tumblermu) dengan tujuan mengurangi pembuangan. Pihak perusahaan pun mulai menjual gelas yang bisa digunakan kembali (reusable). Sayangnya, sejauh ini produk itu belum dijual di seluruh dunia.
Sisa-sisa pembuangan materi berbahan plastik, seperti sedotan, ternyata cukup menyakiti lingkungan, terutama lautan. Berdasarkan data dari Get Green Now, sedotan plastik ada di urutan 11 dalam daftar sampah plastik yand ditemukan di laut.
Hasilnya, 1 juta burung laut dan 100 ribu hewan laut mati karena memakan plastik. Ditambah lagi, butuh 200 tahun sampai plastik bisa tercerai berai.
Selain Starbucks, perusahaan-perusahaan besar lain juga telah bertindak untuk mengurangi pemakaian sedotan plastik, di antaranya adalah McDonald's dan hotel Marriot International.
Starbucks Serap 50 Ribu Ton Biji Kopi Asal RI
Starbucks terkenal akan menu mereka yang identik dengan kopi, sementara Indonesia juga terkenal akan kekhasan biji kopinya. Lantas, bagaimana hubungan keduanya berkembang?
Ketua Umum Gabungan Eksportir Kopi Indonesia Hutama Sugandhi mengatakan, gerai kopi asing seperti Starbucks memang mengambil sebagian bahan baku kopinya dari Indonesia. Namun, biji kopi tersebut tidak langsung digunakan digerainya di dalam negeri, melainkan dikirim ke AS.
"Starbucks itu mengambil biji kopi sebagian dari Indonesia, kemudian mereka campur di negara asalnya, kemudian diproses dan dikembalikan ke sini," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com.
Menurut dia, Starbucks lebih banyak mengambil biji kopi jenis Arabika, yang berasal dari wilayah Sumatera Utara. Jumlah biji kopi yang diserap oleh Starbucks mencapai 50 ribu ton per tahun.
‎"Jenisnya Robusta dan Arabika, tapi paling besar Arabika karena ke AS. Itu diambil dari daerah Sumatera Utara. Dia mengambil kurang lebih 40 ribu-50 ribu ton. Dia campur dengan kopi dari negara lain kemudian dikembalikan ke Indonesia," jelas dia.
Menurut Hutama, pasar Indonesia yang besar memang menjadi daya tarik tersendiri bagi investor asing yang bermain di sektor usaha gerai kopi. Terlebih saat ini meminum kopi sudah menjadi sebuah gaya hidup.
"Dengan adanya lifestyle membuat orang yang bukan peminum kopi jadi peminum. Kopi ini juga sehat," tandas dia.
Advertisement