Sukses

Ekonom UNDP: Pendidikan Buruk Bisa Jadi Lingkaran Setan bagi Pembangunan

Ketidaksetaraan pendidikan antardaerah masih terjadi.

Liputan6.com, Jakarta - Jumlah penduduk Indonesia yang besar dinilai memiliki potensi untuk berkontribusi pembangunan negara. Namun, bonus demografi dapat jadi masalah apabila tidak dibarengi dengan pendidikan berkualitas dan setara.

Bila aspek itu tidak diperhatikan, dikhawatirkan akan terbentuk vicious circle (lingkaran setan) dalam pembangunan.

Koneksi antara pendidikan, lingkaran setan, dan pembangunan, diungkapkan Daim Syukriyah, Country Economist dari United Nations Development Programme (UNDP) kepada Liputan6.com di acara Indonesia Development Forum (IDF) di Jakarta, Rabu (11/7/2018).

"Pendidikan di Indonesia masih perlu jadi prioritas. Dulu pada 2012, PISA Indonesia peringkat terakhir. Kemudian 2015 itu improve, tapi masih di bottom rank (peringkat bawah). Itu menujukkan education quality (kualitas pendidikan) masih perlu ditingkatkan," jelas dia.

Alumna Universitas Manchester tersebut turut menjelaskan bahwa ketidaksetaraan pendidikan antardaerah juga terjadi. Hal ini perlu mendapat sorotan sebab manusia adalah sumber terbesar dalam pembangunan.

"Sumber paling besar pembangunan kan manusia. Jadi kita harus memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia," jelas dia.

"Bila tidak, nantinya ketika anak itu dewasa dan terjun di lapangan kerja, maka ia tak akan mampu bersaing dengan yang lain, atau skill dalam melakukan dan mencari pekerjaannya rendah. Artinya, bila tidak segera di-address, istilahnya akan menjadi vicious cycle (lingkaran setan) bagi pembangunan," ungkap Daim.

Selain itu, ia berpandangan bahwa infrastruktur pendidikan juga harus dibarengi dengan peningkatan kualitas guru dan tidak semata terpaku pada insentif (tunjangan) dan sistem sertifikasi.

"Lebih ke pembekalan untuk gurunya. Kualitas (guru) jangan dinomorduakan," jelasnya.

2 dari 2 halaman

Sri Mulyani: Miliki Anggaran Besar, Kualitas Pendidikan RI Masih Kalah

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani membandingkan kondisi anak-anak Indonesia dengan negara lain. Salah satunya terkait pendidikan.
 
Menurut dia, kualitas pendidikan di Indonesia masih kalah jika dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Vietnam. Dalam beberapa PISA test, anak-anak Indonesia mendapatkan nilai yang lebih rendah. Padahal, Indonesia lebih dulu menjalankan komitmen 20 persen APBN untuk pendidikan.
 
"Kita mulai 2009 (Komitmen 20 persen APBN untuk pendidikan). Mereka (Vietnam)2010 mungkin 2013. Matematika anak-anak mereka bisa dapat 90, anak-anak kita 70 bisa sampai 50," ujar dia saat menghadiri Dialog Publik Pendidikan Nasional dan Halalbihalal, di Gedung Guru Indonesia, Jakarta, Selasa (10/7/2018). 
 
"Membaca, kelihatan sangat sederhana, tapi membaca saja Indonesia berada di bawah. PISA test-nya di bawah. Kita ingin ada pendidikan karakter, value, tapi kita juga ingin punya anak yang mampu bersaing," tutur dia.
 
Dia mengatakan, anggaran pendidikan Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahun. Anggaran pendidikan dalam APBN 2017 sebesar Rp 419 triliun rupiah. Tahun 2018 naik menjadi Rp 444 triliun. Hal tersebut harusnya ditunjang dengan peningkatan kualitas pendidikan Indonesia.
 
"Pasti otomatis naik (anggaran pendidikan). Yang lain turun naik sesuai kebutuhan, kalau untuk bangun irigasi, naik, kalau mau untuk pertanian, ya pertanian (naik)," kata dia 
 
Dia pun berharap para guru juga merasa bertanggung jawab agar porsi anggaran yang demikian besar itu, betul-betul bermanfaat.
 
"Rp 444 triliun itu harus pernah dipikirkan apa yang mau di capai, jangan itu hanya memenuhi amanat konstitusi," dia menandaskan.
 
Video Terkini