Sukses

Berkomentar Rasis, Miliarder Ini Mundur dari Perusahaan yang Ia Bangun

Pemilih restoran pizza Papa John's harus mundur dari jabatannya setelah dikabarkan mengucapkan hal-hal rasis.

Liputan6.com, Kentucky - Miliarder John Schnatter harus rela angkat kaki dari Papa John's Pizza yang ia bangun 33 tahun silam. Keputusan pahit tersebut harus ditelannya setelah ia dilaporkan berkata rasis di telepon.

Dilansir dari Forbes, Schnatter saat itu berbincang di telepon dengan agensi pemasaran Laundry Service pada Mei lalu. Percakapan telepon tersebut sebetulnya adalah latihan agar ia lebih berhati-hati dalam membuat pernyataan.

Yang terjadi malah Schnatter mengatakan hal bernuansa rasis terkait masyarakat kulit hitam. Walaupun Schnatter tampaknya tak bermaksud rasis, tetapi orang-orang yang mendengar ucapannya mengakui ucapan si miliarder begitu kasar.

"Kolonel Sanders (pendiri KFC) memanggil orang kulit hitam n****- ," ujar Schnatter sebelum menyatakan Sanders tak pernah dikecam publik karena ucapannya.

Mendengar pernyataan rasis dari sang miliarder, pemilik Laundry Service langsung memutuskan kontrak dengan Papa John's.

Buntut dari perkara ini adalah Schnatter mundur dari posisinya sebagai Chairman of the Board. Ia pun tidak mengelak pernah mengatakan hal rasis serta memberikan pernyataan maaf.

"Laporan berita perihal penggunaan bahasa tidak pantas dan menyakitkan mengenai ras selama sesi latihan adalah benar adanya. Apapun konteksnya, saya minta maaf. Secara sederhana, rasisme tak punya tempat di masyarakat kita," ujar dia dalam email.

Saat ini Papa John's Pizza dipimpin oleh Olivia Kirtley, dan Chairman baru akan dipilih dalam beberapa minggu mendatang.

Sekadar informasi, Schnatter meraih status miliarder dengan kekayaan sebesar USD 1 miliar. Ia adalah sosok sentral di Papa John's, bahkan ia muncul di logo perusahaan.

 

 

2 dari 2 halaman

Perusahaan Melawan Rasisme

Selain Papa John's, isu rasisme belum lama ini turut mengguncang Starbucks. 

Atas hal tersebut, jaringan kedai kopi Starbucks sempat menutup sebanyak 8.000 cabang tokonya di Amerika Serikat (AS), setelah insiden penangkapan dua orang pria kulit hitam di Philadelphia yang memicu protes dan seruan boikot.

Penangkapan pria bernama Rashon Nelson dan Donte Robinson bermula saat karyawan melihat dua orang kulit hitam itu tidak memesan apa-apa di Starbucks. Padahal, mereka sedang menunggu teman.

Ketika tutup sementara pada 29 Mei lalu, sebanyak hampir 175.000 karyawan akan menjalani pelatihan tentang sikap anti-rasis.

Dikutip dari Time, pelatihan tersebut mencakup standar operasional pelayanan terbaru, mencegah diskriminasi, dan memastikan semua konsumen merasa aman ketika berada di dalam toko Starbucks.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Â