Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia sepanjang Juni 2018 mengalami surplus sebesar USD 1,74 miliar. Surplus ini berasal dari nilai ekspor sebesar USD 13 miliar dan impor sebesar USD 11,26 miliar.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, ke depan pemerintah akan tetap konsentrasi untuk memperkuat ekspor dan mengurangi impor terutama barang modal dan barang perantara. Pemerintah juga akan terus memperkuat pertumbuhan industri Indonesia.
"Kalau kita melihat tren pertumbuhan ekonomi Indonesia kita memiliki tugas untuk makin memperkuat struktur industri kita. Terutama dari ekspor dan terutama mengurangi impor barang modal dan barang perantara," ujar dia di Gedung DPR-MPR, Jakarta, Selasa (17/7/2018).
Advertisement
Baca Juga
Sri Mulyani mengatakan, instrumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan digunakan secara aktif untuk mendorong tumbuhnya industri manufaktur. Hal ini juga untuk mendorong peningkatan ekspor dan kurangi impor.
"Pemerintah seperti yang saya sampaikan sebelumnya, instrumen APBN ini akan digunakan secara lebih aktif untuk bisa membantu tumbuhnya industri manufaktur di Indonesia yang bisa meningkatkan ekspor dan mengurangi impor," ujar dia.
Adapun instrumen yang digunakan untuk mendorong ekspor antara lain melalui pemberian insentif fiskal berupa pajak, logistik dan bea masuk. "Beberapa industri mungkin membutuhkan support dalam bentuk pajak, logistik, bea masuk atau kebijakan perdagangan. Ini yang akan kami coba koordinasikan," ujar dia.
Reporter: Anggun P.Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Neraca Perdagangan RI Surplus USD 1,74 Miliar pada Juni
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan RI sepanjang Juni 2018 mengalami surplus sebesar USD 1,74 miliar. Sebelumnya neraca perdagangan RI mengalami defisit sebesar USD 1,52 miliar pada Mei 2018.
"Surplus ini berasal dari surplus non-migas USD 2,14 milliar. Tapi terkoreksi defisit oleh migas terutama hasil minyak. Neraca perdagangan Juni surplus cukup lumayan. Diharapkan neraca perdagangan akan surplus pada bulan-bulan berikutnya," kata Kepala BPS , Suhariyanto di Kantornya, Senin 16 Juli 2018.
Sementara itu, posisi ekspor Indonesia pada Juni 2018, BPS mencatat sebesar USD 13,00 miliar atau turun 19,80 persen dari posisi Mei 2018 yang sebesar USD 16,12 miliar.
"Apabila dibandingkan dengan Juni 2017 maka terjadi kenaikan ekspor sebesar 11,47 persen dari sebesar 11,66 miliar," ujar dia.
Sementara dari sisi impor, pada Juni 2018 tercatat sebesar USD 11,26 miliar atau turun 36,27 persen dari posisi Mei 2018 sebesar USD 17,64 miliar. Bila dibandingkan dengan impor Juni 2017 tercatat naik sebesar 12,66 persen dari sebesar USD 9,99 miliar.
Neraca perdagangan Juni 2018 baik impor maupun ekspor menurun. Ini karena siklus Lebaran. Adanya libur panjang sehingga berkurangnya kegiatan ekonomi.
"Penurunan ekspor di Juni 2018 yang berketepatan dengan Lebaran ini hal biasa yang terjadi. Ada libur panang jadi penurunan kegiatan ekonomi. Penurunan impor di bulan Lebaran juga sesuatu yang biasa, karena terjadi di tahun-tahun sebelumnya,” ujar dia.
"Juni 2018 penurunan impor jauh lebih tajam dibanding periode tahun-tahun sebelumnya. Diharapkan supaya ke depan bisa lebih turun," tambah dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement