Sukses

BI: Bank Asing Lebih Besar Salurkan Kredit UMKM

Bank Indonesia (BI) menyatakan UMKM perlu didukung lantaran potensi pertumbuhannya cukup besar.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat masih banyak bank yang belum menyalurkan kredit kepada UMKM sesuai dengan rasio yaitu 20 persen.

Direktur Kepala Departemen Pengembangan UMKM BI, Yunita Resmi Sari menyebutkan sektor UMKM tercatat yang paling besar menyerap tenaga kerja. Namun kontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) masih terbatas.

"UMKM mendominasi unit usaha di indonesia, 99 persen dari dunia usaha. Struktur didominasi usaha mikro dan meningkat ke kecil dan menengah sangat minim dan terbatas atau missing middle sehingga kontribusi kepada PDB masih terbatas," kata Yunita di Gedung BI, Selasa (17/7/2018).

Yunita menjelaskan, potensi UMKM yang sangat besar belum sepenuhnya tersentuh oleh fasilitas kredit dari perbankan.

"Potensi UMKM yang sangat besar, yang mendapat akses kredit baru 25 persen. dan kredit dari UMKM itu di usaha mikro, tapi kalau dari sisi nominal ada di perdagangan," ujar dia.

Dia menyatakan, bank asing lebih banyak memberikan kredit bagi pelaku UMKM.

"Bank asing lebih banyak yang sudah menyalurkan dibanding dengan bank lokal. Bank lokal yang belum menyalurkan karena tidak ada jaringannya yang mempertemukan usaha besar dan usaha kecil," ujar dia.

Dia menegaskan, perbankan harus memenuhi rasio kredit UMKM sebesar 20 persen. "Rasio kredit UMKM mewajibkan bank secara bertahap wajib 20 persen tahun ini. Bank harus terus meningkatkan usahanya untuk memenuhi rasio,” kata dia.

Dia menjelaskan UMKM perlu didukung sebab potensi pertumbuhannya cukup besar yaitu 4,6 persen per tahun dalam lima tahun terakhir. Sumbangan kepada PDB sekitar 9,8 persen. UMKM juga menjadi sumber aktivitas ekonomi baru di daerah, jika tidak diperhatikan kegiatan tersebut bisa terhenti.

Yunita menuturkan, peran penting bank sentral adalah menciptakan lingkungan bank yang sehat sehingga penyaluran kredit juga sehat. 

"BI melakukan kebijakan pengembangan UMKM dalam kerangka mendukung tugas utama BI mengendalikan inflasi, bagaimana BI mengembangkan UMKM yang bergerak untuk memproduksi barang untuk menekan inflasi, dan mendorong ekspor. Kenapa harus jadi market ? kita harus jadi produsen,” kata dia.

 

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

2 dari 2 halaman

Baru 9 Persen UMKM RI yang Masuk E-Commerce

Sebelumnya, mayoritas pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) belum mendapatkan manfaat dari perkembangan teknologi digital. Padahal, potensi ekonomi UMKM di Indonesia sangat besar.

Staf khusus Menteri Ekonomi dan UKM Agus Muharram mengatakan, saat ini jumlah UMKM di Indonesia mencapai 62,92 juta unit usaha atau 99,92 persen dari total unit usaha di dalam negeri. Kontribusi UMKM terhadap PDB mencapai 60 persen serta penyerapan tenaga kerja 116,73 juta orang atau 97,02 persen dari total angkatan kerja yang bekerja.

"Kenapa mayoritas pelaku UMKM belum mendapat manfaaat digital teknologi? itu karena sebagian besar pelaku UMKM belum sepenuhnya melek teknologi digital," ujar dia di Jakarta, Minggu 8 Juli 2018.

Data dari Delloite‎ Access Economics, menunjukkan lebih dari sepertiga UMKM di Indonesia atau 36 persen masih bersifat offline dan sepertiga lainnya atau 37 persen hanya memiliki kemampuan onlineyang sangat mendasar seperti komputer atau akses broadband.

"Hanya sebagian kecil atau 18 persen yang memiliki kemampuan online menengah yaitu menggunakan web atau media sosial. Sedangkan kurang dari sepersepuluh atau 9 persen adalah bisnis online lanjutan dengan kemampuan e-commerce," kata dia.

Bahkan, lanjut Agus, data dari McKinsey Global Institute menunjukkan hanya 5 persen UKM yang sudah mampu bertransaksi online.

"Padahal keterlibatan UKM secara digital bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 2 persen. Bahkan, diprediksi bisa memiliki pertumbuhan pendapatan antara 23 persen-80 persen jika terampil memanfaatkan teknologi digital," ungkap dia.

Sementara itu Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo, Semuel Abrijani mengakui masih rendahnya literasi digital terhadap UMKM. Karena itu pihaknya bekerjasama dengan instansi lain melakukan berbagai program secara masif agar UMKM bisa dengan baik mengenal dan menggunakan digital ekonomi.

"Perekonomian global sedang melakukan transformasi besar-besaran, kalau tak terlibat kita akan tertinggal," tutur dia.

Apalagi pertumbuhan pengguna internet di Indonesia sangat besar, dari 32 juta pada lima tahun lalu menjadi 143,26 juta di 2016.

"Pada 2030, Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi kelima, jika kita bisa memanfaatkan digital ekonomi. Di atas kita ada China, Amerika Serikat, India dan Jepang. Di bawah kita ada Rusia, Jerman, Brasil, Meksiko dan Inggris," katanya.

Semuel memberi contoh beberapa program yang sudah berjalan antara lain loket e-commerce, menggodok peraturan perlindungan konsumen, agar data pengguna internet agar tak disalahgunakan pihak lain.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: