Sukses

Kemenperin Targetkan Mobil Berbahan Bakar Biofuel Diproduksi 2035

Bukan hanya pemerintah Indonesia tetapi negara lain telah mengarahkan penggunaan energi terbarukan untuk kendaraan.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan mobil energi terbarukan dan ramah lingkungan bisa diproduksi di Indonesia pada 2035. Namun untuk mencapai hal tersebut, masih ada sejumlah tahapan yang harus dilewati yaitu mobil hybrid, plug in hybrid dan mobil listrik.

Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan Kemenperin, Putu Juli Ardika mengatakan, bukan hanya pemerintah Indonesia tetapi negara lain telah mengarahkan penggunaan energi terbarukan untuk kendaraan. Hal ini mengingat cadangan energi fosil terus mengalami penurunan.‎

"Dalam roadmap ini, banyak hal dikembangkan tapi yang menjadi concern yaitu energy security, penghematan atas energi fosil. Karena di Indonesia itu 12 tahun lagi diperkirakan akan habis," ujar dia dalam FGD Senjakala Industri Komponen Otomotif dalam Menghadapi Era Mobil Listrik di Indonesia, Jakarta, Rabu (18/7/2018).

Menurut dia, Indonesia memiliki sumber energi terbarukan yang melimpah sebagai bahan bakar kendaraan, seperti CPO dan etanol dari tebu. Bahkan, sumber energi ini bisa tersedia hingga kiamat.

‎"Tetapi kita punya sumber yang sustainable, yang sampai kiamat masih ada, yaitu biofuel. Yang terkait dengan karbon untuk energi ini berlimpah, yaitu dari CPO jadi biodiesel, kita juga punya biomass yang jadi etanol. Kita punya potensi untuk biofuel generasi kedua. Kalau yang pertama sangat bersentuhan dengan makanan seperti CPO. Di generasi kedua akan banyak menggunakan untuk industri. Seperti etanol dari tebu. Yang jadi tebu cuma 4 persen, yang disebut bagasse itu 30 persen," jelas dia.

Oleh sebab itu, lanjut dia, dalam roadmap industri otomotif, Kemenperin menargetkan pada 2035 Indonesia mampu memproduksi kendaraan yang sepenuhnya mengkonsumsi biofuel, tanpa campuran bahan bakar fosil.

‎"Kalau lihat kelapa sawit diolah jadi CPO itu banyak sisanya. Intinya kita sangat berpotensi menjadi negara besar kalau mengolah itu semua. Kita kan menjadi industri oto yang berlanjutan dengan biofuel. Tapi pada 2030 fuel cell (biofuel) baru 1 persen (dari jumah mobil yang beredar) BEV (Battery Electic Vehicle) 8 persen, di dunia baru sekitar 9 persen. Yang banyak itu masih hybrid dan plugin hybrid," tandas dia.

2 dari 2 halaman

Pertamina Gaet UNS Ciptakan Baterai Motor Listrik yang Hemat dan Murah

PT Pertamina (Persero) dan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo berhasil memproduksi Lithium Ion Battery (LIB) untuk penggerak motor listrik yang hemat dan murah. Dengan beterai ini, kendaraan bermotor listrik roda dua mampu menempuh jarak 80-100 kilometer hanya dengan biaya Rp 5.000.

"Pertamina mendukung pengembangan energi baru terbarukan sesuai dengan Roadmap Pertamina 2030 dan sejalan kebijakan global untuk menurunkan kadar emisi melalui penggunaan energi ramah lingkungan seperti kendaraan listrik," ujar Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina Gigih Prakosa, usai soft launching di Solo, Jumat (13/7/2018).

Gigih mengatakan, saat ini baterai menjadi isu penting bagi pengembangan kendaraan listrik. Sehingga teknologi pembuatan baterai menjadi bisnis yang strategis. Sebagai BUMN energi, Pertamina akan menjadi produsen baterai kendaraan listrik. Menurutnya, tanpa teknologi pembuatan baterai ini, Indonesia hanya akan menjadi pasar bagi produsen negara lain.

Senior Vice President Research & Technology Center, Herutama Trikoranto menambahkan, Battery Cells produk kerja sama Pertamina UNS akan dijadikan battery pack. Baterai tersebut antara lain akan digunakan untuk kendaraan bermotor listrik roda dua.

"Baterai ini merupakan pengembangan battery pack yang sebelumnya, yang dibuat bekerja sama dengan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya," katanya.

Herutama menguraikan, satu unit battery pack nanti akan memiliki kapasitas 3 kWh untuk motor listrik dengan kekuatan 5 kW. Kekuatan tersebut setara dengan mesin motor dengan pembakaran internal berkapasitas 125-150 cc.

"Kekuatan baterai mampu menjangkau jarak jauh. Untuk produksi selanjutnya Baterai lithion ini akan dikirim ke ITS di Surabaya," jelasnya.

Untuk perbandingannya, jelas Herutama sama dengan jarak tempuh sepeda motor dengan pembakaran internal (ICE, internal combustion engine) yang membutuhkan BBM 2-3 liter. Dengan tarif listrik tertinggi saat ini Rp 1.644,52 per kWh, maka untuk jarak tempuh lebih jauh dengan biaya lebih murah.

"Kendaraan listrik yang didesain menggunakan battery pack itu cukup 2-3 kali pengisian ulang per minggu untuk pemakaian normal di dalam kota," jelasnya lagi.

 

Video Terkini