Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menilai bahwa perekonomian dunia dan juga kondisi ketidakpastian pasar keuangan global masih akan terus bergejolak dalam beberapa waktu ke depan.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, ketidakpastian tersebut tetap tinggi di tengah dinamika pertumbuhan ekonomi dunia yang tidak merata. Ekonomi AS diperkirakan tumbuh tinggi dengan inflasi yang semakin meningkat.
Advertisement
"Sementara pertumbuhan ekonomi Eropa terindikasi tidak sekuat perkriaan sebelumnya dan pertumbuhan ekonomi CHina juga belum meningkat," kata Perry di kantornya, Kamis (19/7/2018).
Baca Juga
Dinamika ekonomi dunia tersebut mendorong perlambatan pertumbuhan volume perdagangan dan harga komoditas. "Dengan inflasi yang meningkat, the Fed diprakirakan akan melanjutkan kenaikan Fed Fund Rate (FFR)," ujarnya.
Selain itu, ketegangan perdagangan antara AS dan China telah meningkatkan risiko di pasar keuangan global serta risiko keberlanjutan pemulihan ekonomi dunia.
"Berbagai perkembangan tersebut telah mendorong penguatan mata uang dolar AS terhadap hampir seluruh mata uang dunia termasuk rupiah. Ketidakpastian pasar keuangan global yang tinggi juga mengakibatkan berlanjutnya pembalikan modal dari emerging market." tutup dia.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
SUmber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
IMF Ingatkan Ekonomi Global Bakal Melambat Imbas Perang Dagang
The International Monetary Fund (IMF) menyatakan, ekonomi global akan melambat imbas perang dagang.
IMF mengingatkan ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lain di dunia akan rugikan ekonomi global USD 430 miliar atau sekitar Rp 6.184 triliun (asumsi kurs Rp 14.382 per dolar Amerika Serikat). AS sangat rentan terhadap perang tarif yang meningkat.
IMF juga memberikan teguran kepada Presiden AS Donald Trump. Hal itu akibat ancaman perang dagang yang dibuat AS dan mitra dagangnya berisiko turunkan pertumbuhan ekonomi global sebanyak 0,5 persen pada 2020. Ada potensi kehilangan USD 430 miliar dalam PDB di seluruh dunia.
BACA JUGA
Meski ketegangan perdagangan akan meningkat sehingga berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi, AS akan fokus membalas dari ancaman negara lain.
Trump meningkatkan ketegangan di sektor perdagangan dengan usulkan tarif 10 persen terhadap barang China. Nilainya mencapai USD 200 miliar. China pun memperingatkan pembalasan.
Trump juga mengguncang para pemimpin Eropa dengan memberi label kepada Uni Eropa (UE) yang merupakan salah satu “musuh” terbesar AS atas perdagangan.
"Negara-negara harus melawan pemikiran yang melihat ke dalam dan ingat bahwa pada berbagai masalah kepentingan bersama, kerja sama multilateral sangat penting," ujar Ekonom IMF Maurice Obstfeld, seperti dikutip dari laman SMCP, Rabu (18/7/2018).
IMF menyatakan, tindakan proteksionisme lebih besar dapat hambat investasi bisnis, mengganggu rantai pasokan global, perlambat penyebaran teknologi, peningkatan produktivitas dan menaikkan harga barang-barang konsumsi.
Adapun pertumbuhan ekonomi global diprediksi sebesar 3,9 persen pada 2018 dan 2019. Namun, diperkirakan pelemahan tajam terjadi di Uni Eropa, Inggris, dan Jepang. Ini juga didorong meningkatnya ketegangan politik.
Selain itu, IMF prediksi pertumbuhan ekonomi Inggris melambat menjadi 1,4 persen pada 2018 dibandingkan perkiraan yang dibuat pada April sebesar 1,6 persen.
Di zona euro, ekonomi diprediksi melambat menjadi 2,2 persen dibandingkan perkiraan sebelumnya tumbuh 2,4 persen.
IMF juga meramal, ekonomi China melambat menjadi 6,6 persen pada 2018. Selain itu, AS juga akan hadapi risiko lebih besar. Pemangkasan pajak oleh Trump mendorong ekonomi AS sekitar 2,4 persen pada 2018.
IMF mengingatkan risiko karena the Federal Reserve bersiap untuk menaikkan suku bunga. Hal ini bersamaan dengan ancaman sengketa perang dagang lebih besar. "Pasar keuangan tampaknya akan hadapi kemungkinan-kemungkinan," ujar Obstfeld.
Advertisement