Liputan6.com, Jakarta Baru-baru ini Badan Pusat Statistik merilis jika angka warga miskin di Indonesia turun dan mencapai posisi terendah sejak krisis moneter pada 1998.Â
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro memberikan klarifkasi jika sebetulnya angka kemiskinan Indonesia turun ke posisi terendah sepanjang masa.
Itu disampaikannya pada diskusi media dengan tajuk 'Membedah Angka Kemiskinan Terkini' pada Kamis (19/7/2018) di Gedung Bappenas, Jakarta.
Advertisement
"Sebenarnya kepala BPS bilang ini terendah setelah krisis (1998), padahal sepanjang masa. Terlihat pada Orde Baru terendah tahun 1996 (11,3 persen)," jelas Bambang.
"Angka 11,3 itu adalah terendah pas Orde Baru pas ekonomi sedang bagus-bagusnya. Pertumbuhan tujuh sampai delapan persen. Kemudian kita tahu ada krisis, lompatannya lumayan besar sampai 24 persen," tambah dia.
Mantan Menteri Keuangan tersebut mengungkapkan menurunkan angka kemiskinan bukan hal mudah. Namun, ia memastikan semua pihak konsisten berupaya menurunkan angka kemiskinan.
"Penurunannya tidak mudah. Lebih sulit sebelum krisis. Yang paling penting semua menurunkan. Kenaikan sedikit pada 2005-2006, sekitar 2014-2015 sempat landai, kemudian lalu turun lagi," jelasnya.
Turut dijelaskan, menurunkan angka kemiskinan jadi semakin menantang, sebab angkanya sudah semakin kecil, dan butuh langkah agar program pengentasan kemiskinan jadi tepat sasaran.
"Ketika kemiskinan itu makin rendah, makin sulit menurunkannya, karena makin sulit menjangkau siapa yang harus dijaga agar tidak miskin atau siapa yang agar keluar dari kemiskinan," kata dia.
Untuk target angka kemiskinan tahun depan, Bambang menyebut target berada pada kisaran delapan koma lima sampai sembilan koma lima persen.
"Tahun 2019 harapannnya itu delapan koma lima sampai sembilan koma lima persen. Harapannya sembilan persen lah, atau mudah-mudahan di bawah sembilan persen," tegas dia.
Jumlah Penduduk Miskin Terendah Sejak Krisis 1998
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin atau penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan di Indonesia mencapai 25,95 juta orang (9,82 persen) pada Maret 2018. Angka tersebut berkurang 633,2 ribu orang dibandingkan dengan kondisi September 2017 yang sebesar 26,58 juta orang (10,12 persen).
Kepala BPS, Suharyanto, menyebutkan angka tersebut paling rendah sejak krisis moneter yang dialami Indonesia pada 1998 silam.
"Ini pertama kali Indonesia mendapatkan tingkat angka kemiskinan satu digit, terendah sejak 1998, meski penurunan jumlah penduduknya tidak yang paling tinggi," kata Suharyanto di kantornya, Senin (16/7/2018).
Baca Juga
Meski turun, Suharyanto menegaskan bahwa tugas pemerintah masih banyak sebab jumlah penduduk miskin masih cukup tinggi.
"Maret 2018 ini adalah untuk pertama kalinya persentase penduduk miskin di angka 1, biasanya dua digit, ini pertama kalinya terendah. Tapi menurut saya kita masih punya banyak PR, kebijakan harus tepat sasaran. Memang persentase paling rendah tapi jumlah (penduduk miskin) masih besar."
Suharyanto mengungkapkan persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2017 sebesar 7,26 persen, turun menjadi 7,02 persen pada Maret 2018. Sementara itu, persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada September 2017 sebesar 13,47 persen, turun menjadi 13,20 persen pada Maret 2018.
Selama periode September 2017-Maret 2018, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun hingga 128,2 ribu orang (dari 10,27 juta orang pada September 2017 menjadi 10,14 juta orang pada Maret 2018). Sementara itu, di daerah perdesaan turun 505 ribu orang (dari 16,31 juta orang pada September 2017 menjadi 15,81 juta orang pada Maret 2018).
Advertisement