Sukses

Angka Kemiskinan Turun Berkat Harga Beras Terkendali

Angka kemiskinan Indonesia menyentuh angka terendah sepanjang masa yaitu 9,82 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bambang Brodjonegoro menyebutkan salah satu faktor yang berkontribusi ke penurunan angka kemiskinan adalah pengendalian harga beras.

Saat ini angka kemiskinan Indonesia menyentuh angka terendah sepanjang masa, yaitu 9,82 persen. "Betapa pentingnya kita menjaga inflasi, dan inflasi yang dijaga terutama komoditas pangan, dalam hal ini beras. Jadi memang kuncinya kalau beras bisa kita kendalikan dengan baik harganya, maka ini akan mempercepat penurunan kemiskinan," kata Bambang menyimpulkan pada sebuah diskusi media di Jakarta (14/7/2018).

Diketahui, komoditas beras masih merupakan proporsi terbesar dalam pembentukan Garis Kemiskinan Nasional (GKN), baik di perdesaan maupun perkotaan.Dengan menjaga inflasi pada komoditas makanan, terutama beras, menjadi kunci utama dalam menurunkan angka kemiskinan.

Diakui bahwa sempat ada kelangkaan beras akibat kasus hama wereng cokelat yang melanda 30 kabupaten penghasil beras di Jawa Tengah, sehingga ada kenaikan inflasi padi dan umbi di akhir 2017 hinggal awal 2018.

Namun, inflasi dapat diturunkan kembali pada Maret 2018, dan angkanya tercatat lebih rendah dari 2017.Lonjakan harga beras pada akhir 2017 hingga awal 2018 turut dapat dikendalikan dan berangsur turun mulai Februari 2018 hingga mencapai Rp 11.907 per kg pada Juni 2018, sehingga mendukung penurunan kemiskinan.

 

2 dari 2 halaman

Terendah sepanjang sejarah

Baru-baru ini Badan Pusat Statistik merilis jika angka warga miskin di Indonesia turun dan mencapai posisi terendah sejak krisis moneter pada 1998. 

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro memberikan klarifkasi jika sebetulnya angka kemiskinan Indonesia turun ke posisi terendah sepanjang masa.

Itu disampaikannya pada diskusi media dengan tajuk 'Membedah Angka Kemiskinan Terkini' pada Kamis (19/7/2018) di Gedung Bappenas, Jakarta.

"Sebenarnya kepala BPS bilang ini terendah setelah krisis (1998), padahal sepanjang masa. Terlihat pada Orde Baru terendah tahun 1996 (11,3 persen)," jelas Bambang.

"Angka 11,3 itu adalah terendah pas Orde Baru pas ekonomi sedang bagus-bagusnya. Pertumbuhan tujuh sampai delapan persen. Kemudian kita tahu ada krisis, lompatannya lumayan besar sampai 24 persen," tambah dia.

Mantan Menteri Keuangan tersebut mengungkapkan menurunkan angka kemiskinan bukan hal mudah. Namun, ia memastikan semua pihak konsisten berupaya menurunkan angka kemiskinan.

"Penurunannya tidak mudah. Lebih sulit sebelum krisis. Yang paling penting semua menurunkan. Kenaikan sedikit pada 2005-2006, sekitar 2014-2015 sempat landai, kemudian lalu turun lagi," jelasnya.

Turut dijelaskan, menurunkan angka kemiskinan jadi semakin menantang, sebab angkanya sudah semakin kecil, dan butuh langkah agar program pengentasan kemiskinan jadi tepat sasaran.

"Ketika kemiskinan itu makin rendah, makin sulit menurunkannya, karena makin sulit menjangkau siapa yang harus dijaga agar tidak miskin atau siapa yang agar keluar dari kemiskinan," kata dia.

Untuk target angka kemiskinan tahun depan, Bambang menyebut target berada pada kisaran delapan koma lima sampai sembilan koma lima persen.

"Tahun 2019 harapannnya itu delapan koma lima sampai sembilan koma lima persen. Harapannya sembilan persen lah, atau mudah-mudahan di bawah sembilan persen," tegas dia.