Sukses

Rampung Oktober 2018, Flyover Manahan Akan Urai Kemacetan di Solo

Pembangunan flyover Manahan menggunakan teknologi yang sama dengan Flyover Antapani di Kota Bandung, Jawa Barat.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, pembangunan flyover Manahan di Solo akan segera selesai pada Oktober 2018. Pembangunan jembatan layang tersebut bertujuan untuk mengatasi kemacetan akibat adanya perlintasan sebidang jalur rel kereta Solo-Yogyakarta.
 
"Saat ini progresnya sudah mencapai 45 persen dan ditargetkan rampung pada Oktober 2018 sesuai rencana. Pembangunannya menggunakan teknologi yang sama dengan flyover Antapani di Kota Bandung, Jawa Barat, yaitu Corrugated Mortarbusa Pusjatan (CMP)," kata dia dalam keterangan resmi, Jumat (20/7/2018).
 
Dia juga menerangkan, pemakaian teknologi CMP akan memangkas waktu pengerjaan jadi 50 persen lebih cepat. "Apabila menggunakan konstruksi beton butuh waktu 12 bulan, sementara dengan CMP hanya memerlukan waktu enam bulan," ia menjelaskan. 
 
Selain lebih cepat dari sisi waktu pengerjaan, teknologi CMP juga lebih efisien dari sisi pembiayaan. Pelaksanaan konstruksi CMP juga tidak mengharuskan penutupan jalur kendaraan sehingga memberikan dampak yang relatif kecil terhadap kemacetan di sekitar lokasi konstruksi. 
 
 
2 dari 2 halaman

Kelebihan Lain

Kelebihan CMP lainnya, yakni memiliki nilai estetis sehingga dapat menjadi bagian lansekap dan bahkan bisa menjadi landmark suatu kawasan. Konsumsi bahan alam dalam konstruksi CMP lebih rendah daripada konstruksi dengan teknologi beton sehingga dapat dikategorikan ramah lingkungan.
 
Pembangunan flyover Manahan sepanjang 600 meter ini dilakukan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VII, Ditjen Bina Marga, dengan biaya Rp 43,05 miliar. Bila pengerjaan sudah selesai, flyover Manahan diproyeksikan akan memperlancar arus kendaraan dari Jalan Adi Sucipto serta Jalan MT Haryono ke arah Jalan Dr Moewardi dan sebaliknya. 
 
Kontraktor pembangunan flyover Manahan ini adalah PT Yasa Patria Perkasa dan PT Virama Karya lewat kerja sama operasi (KSO), yang juga turut melibatkan PT Anugerah Kridapradana dan PT Disiplen Consult selaku konsultan supervisi.
Video Terkini