Liputan6.com, Jakarta - PT Bukit Asam (Persero) TBK (PTBA) ikut meraup untung dengan adanya divestasi 51 saham PT Freeport Indonesia oleh PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum).
Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan, keuntungan pertama yang bakal didapat Bukit Asam dari pencaplokan 51 persen saham Freeport Indonesia adalah transfer teknologi dalam kegiatan penambangan.
"Freeport itu kan perusahaan tambang kelas dunia, kami juga perusahaan tambang. Tentu yang pertama kita bisa belajar, bagaimana melakukan tambang yang underground," ungkapnya ketika ditemui, di Ritz-Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Senin (23/7/2018).
Advertisement
Baca Juga
Ia mengakui, teknologi penambangan bawah tanah yang sudah berhasil dilakukan Freeport bisa dipelajari Bukit Asam dalam melakukan penambangan di wilayah operasinya.
"Bukit Asam juga mempunyai lokasi tambang yang menggunakan teknologi underground. Di Ombilin. Freeport (sudah berhasil) 600 km. Kita paling 30 km. Batu bara di Ombilin itu 7.000 lebih kalorinya. Dan masih ekonomis kalau kita melakukan penambangan underground yang efisien dan itu belajar dari Freeport," jelas Arifin.
Selain itu, prospek kerja sama pembangunan smelter juga terbuka. Namun, hal tersebut dilakukan melalui Holding BUMN tambang, yakni PT Inalum.
"(Kerja sama pembangunan smelter) Kita melalui Inalum tentunya. Karena holding kita Inalum. Secara tidak langsung nanti melalui Inalum," tandasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bukit Asam Torehkan Kenaikan Laba Bersih 49 Persen di Semester I 2018
PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) membukukan laba Rp 2,58 triliun pada semester I tahun 2018. Capaian ini naik 49 persen dibanding dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp 1,72 triliun.
Direktur Utama Bukit Asam, Arviyan Arifin mengatakan, dengan meningkatnya laba bersih, maka juga ikut mendongkrak laba per lembar saham dari Rp 164 pada semester I 2017 menjadi sebesar Rp 244 pada semester I tahun ini.
Peningkatan laba tersebut karena pendapatan usaha perusahaan juga tumbuh. Sepanjang semester I tahun 2018, perseroan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 10,53 triliun atau meningkat Rp 1,56 triliun atau 17 persen dibandingkan pendapatan usaha semester I 2017.Â
BACA JUGA
"Pendapatan diperoleh dari penjualan batu bara ekspor dengan negara tujuan utama yaitu China, India, Thailand, Hong Kong dan Kamboja menjadi penyebab peningkatan nilai pendapatan usaha," ungkapnya dalam paparan kinerja PT Bukit Asam, di Ritz Charlton Hotel Mega Kuningan, Jakarta, Senin (23/4/2018).
Arifin menyampaikan, pendapatan usaha Bukit Asam pada semester I 2018 terbesar diperoleh dari penjualan batu bara ekspor. Pendapatan atas penjualan batu bara ekspor periode semester 1-2018 adalah sebesar 51 persen dari total pendapatan, meskipun porsi penjualan ekspor hanya 48 persen dari total volume penjualan.
"Pendapatan atas penjualan batu bara domestik sebesar 46 persen. Selebihnya atau 3 persen merupakan pendapatan dari aktivitas usaha lainnya, yang terdiri dari penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah, jasa kesehatan rumah sakit dan jasa sewa," jelas dia.
Advertisement